Makalah Klasifikasi Hadits dari Segi Perawihnya
Ditinjau dari segi sedikit atau banyaknya rawy yang menjadi sumber berita, Hadits itu terbagi kepada dua macam, yakni : Hadits-Mutawatir dan Hadits Ahad .
1. HADITS MUTAWATIR
a. Ta’rif
Jika jumlah para sahabat yang menjadi rawy pertama suatu Hadits itu banyak sekali, kemudian rawy dalam genersi tabi’in yang menerima Hadits rawy-rawy generasi pertama (sahabat) juga banyak jumlahnya dan tabi’in-tabi’in yang menerimannya dari tabi’in pun seimbang jumlahnya,bahkan mungkin lebih banyak, demikian seterusnya dalam keadaan yang sama, sampi kepada rawy-rawy yang mendewakan hadits, maka Hadits tersebut dinamakan Hadits-Mutawatir. Secara definitif Hadits Mutawatir itu ialah “Sejumlah Hadits hasil tanggapan dari pancaindra, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawy, yang menurut dat kebiasaan mustahi mereka berkumpul dan bersepakat dusta”.
1. HADITS MUTAWATIR
a. Ta’rif
Jika jumlah para sahabat yang menjadi rawy pertama suatu Hadits itu banyak sekali, kemudian rawy dalam genersi tabi’in yang menerima Hadits rawy-rawy generasi pertama (sahabat) juga banyak jumlahnya dan tabi’in-tabi’in yang menerimannya dari tabi’in pun seimbang jumlahnya,bahkan mungkin lebih banyak, demikian seterusnya dalam keadaan yang sama, sampi kepada rawy-rawy yang mendewakan hadits, maka Hadits tersebut dinamakan Hadits-Mutawatir. Secara definitif Hadits Mutawatir itu ialah “Sejumlah Hadits hasil tanggapan dari pancaindra, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawy, yang menurut dat kebiasaan mustahi mereka berkumpul dan bersepakat dusta”.
b. Syarat-syarat Hadits-Mutawatir
Dengan memperhatikan ta’rif tersebut di atas, maka suatu Hadits baru dikatakan dengan mutawatir, bila telah memenuhi tiga syarat tersebut dibawah ini:
1) Pewartaan yang disampaikan oleh rawy-rawy tersebut harus berdasarkan tanggapan pancaindra.
2) Jumlah rawy-rawynya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka bersepakat bohong.
3) Adanya keseimbangan jumlah antara rawy-rawy dalam thabaqah (lapisan) pertama dengan jumlah rawy-rawy dalam thabaqah berikutnya.
Dengan memperhatikan ta’rif tersebut di atas, maka suatu Hadits baru dikatakan dengan mutawatir, bila telah memenuhi tiga syarat tersebut dibawah ini:
1) Pewartaan yang disampaikan oleh rawy-rawy tersebut harus berdasarkan tanggapan pancaindra.
2) Jumlah rawy-rawynya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka bersepakat bohong.
3) Adanya keseimbangan jumlah antara rawy-rawy dalam thabaqah (lapisan) pertama dengan jumlah rawy-rawy dalam thabaqah berikutnya.
c. Klasifikasi Hadits Mutawatir
Para ahli Ushul membagi Hadits Mutawatir kepada dua bagian yakni Mutawatir lafdhy dan Mutawatir Ma’nawy.
Hadits Mutawatir lafdhy ialah Hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak yang susunan redaksi dan ma’nanya sesuai benar antara riwayat yang satu dengan lainnya. Dengan kata lain Hadits mutawatir lafdhy,ialah :
ﮬﻭﻣﺎﺘﻭﺍ ﺘﺭﻟﻓﻅﮫ*
“Hadits yang Mutawatir lafadhnya”.
Hadits Mutawatir ma’nawy, Hadits mutawatir yang rawi-rawinya berlain-lainan dalam menyusun redaksi pemberitaan, tetapi berita yang berlain-lainan susunan redaksinya itu terdapat persesuaian pada prinsipnya.
d. Faidah Hadits Mutawatir
“Hadits mutawatir” itu memberi faidah ilmu-dlarury, yakni suatu keharusan untuk menerimanya bulat-bulat suatu yang diberitakan oleh Hadits mutawatir, hingga membawa kepada keyakinan yang qath’y (pasti).
Rawy-rawy Hadits Mutawatir, tidak perlu lagi diselidiki tentang keadilan dan kedlabithannya (kuatnya ingatan), karena kwantitas rawy-rawynya sudah menjamin dari kesepakatan dusta. Oleh karena itu kita yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Nabi Muammad SAW benar-benar menyabdakan atau mengerjakan sesuatu, sebagaimana yang diberitakan oleh rawy-rawy mutawatir.
Segenap Ummat Islam telah sepakat pendapatnya tentang faidah Hadits Mutawatir yang demikian ini. Bahkan orang yang mengingkari hasil ilmu dlarury yang berdasarkan khabar Mutawatir, sama dengan mengingkari hasil ilmu dlarury yang berdasarkan musyahadat (penglihatan pancaindra).
0 Response to "Makalah Klasifikasi Hadits dari Segi Perawihnya"
Post a Comment