Peran Guru PAI Dalam Meningkatkan Budi Pekerti Kelas I SD 001 Sangatta Utara
A.
JUDUL PENELITIAN
Peran Guru PAI dalam
Meningkatkan Budi Pekerti Siswa
Kelas I Sekolah Dasar Negeri 001 Sangatta Utara
B.
MASALAH LAPANGAN
Peran guru PAI dalam kegiatan proses
belajar mengajar menentukan hasil akhir dari peserta didik. Guru PAI tidak
hanya dituntut dalam mengajar tetapi harus mampu mendidik peserta didiknya, menanamkan
nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didiknya agar bisa mengembangkan ilmu
pengetahuan yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah keislaman.
Paradigma pengajaran yang lebih
menitikberatkan peran guru PAI dalam mentransformasikan pengetahuannya kepada
peserta didiknya bergeser kepada paradigma pembelajaran yang memberikan peran
lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas
dirinya dalam rangka membentuk manusia yang memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, berakhlak mulia, bekepribadian, memiliki kecerdasan, estetika, sehat
jasmani dan rohani, serta ketrampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.[1]
Guru PAI adalah Bapak rohani (
spiritual father) bagi peserta didik, yang memeberikan santapan jiwa dan ilmu,
pembinaan akhlak mulia dan meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena itu
guru PAI mempunyai kedudukan tinggi dalam Islam.[2]
Menurut Al Ghazali, tugas pendidik (guru
PAI) yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta
membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri (Takarrub) kepada Allah SWT.[3]
Berdasarkan
uraian diatas, maka yang menjadi masalah di lapangan adalah sebagai berikut :
1. Usaha yang dilakukan guru PAI dalam
meningkatkan Budi pekerti Siswa Kelas I di SD Negeri 001 Sangatta Utara
2. Kendala guru PAI dalam meningkatkan
Budi pekerti Siswa Kelas I di SD Negeri 001 Sangatta Utara
C.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
permasalahan tersebut di atas dalam penelitian ini dapat dirumuskan, yaitu:
Bagaimanakah peran guru PAI dalam
meningkatkan Budi Pekerti Siswa Kelas I di SD Negeri 001 Sangatta Utara ?
D.
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mendeskripsikan peran guru PAI dalam meningkatkan Budi
Pekerti Siswa Kelas Idi SD Negeri 001 Sangatta Utara.
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1.
Manfaat Teoritis
Memberikan pemahaman tentang peran guru PAI dalam usaha meningkatkan
Budi Pekerti Siswa di SD Negeri 001 Sangatta Utara serta menjadikan motivasi
guru PAI untuk senantiasa mengembangkan pembelajaran yang berbasis karakter
atau pembelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman dan nilai-nilai
budaya negara kita sebagai negara timur yang selalu menjunjung martabat dan
kehormatan bangsa.
2. Manfaat Praktis
Memberikan tambahan informasi bagi SD Negeri 001 Sangatta
Utara supaya para guru khususnya guru PAI dapat meningkatkan Budi Pekerti Siswa
Kelas I secara maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan yang berkarakter,
seimbang antara akademis dengan nilai religi dan sesuai dengan visi dan misi dari
SD Negeri 001 sangatta Utara.
E.
KAJIAN TEORI
1. Pengertian Guru atau Pendidik
Guru dalam Islam adalah orang- orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan
seluruh potensi peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi
peserta didik, baik potensi afektif (rasa), Kognitif (Cipta), maupun
Psikomotorik (karsa). [4]
Guru berarti juga orang yang bertanggung
jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu bediri sendiri dan memenuhi
tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan
khalifah Allah SWT, yang mampu melakukan tugas sebagai mahkluk sosial dan
sebagai makhluk individu yang mandiri.[5]
Pendidik disebut sebagai orang- orang
besar (great Individuals) yang aktivitasnya lebih baik dari pada ibadah
setahun. Selanjutnya, Al Ghazali menukil dari perkataan para ulama yang
menayatakan “ bahwa pendidik merupakan pelita (Shiraj) segala zaman, orang yang
hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran cahaya (Nur) keilmiahannya.
Andaikata dunia tidak ada pendidik Niscaya manusia seperti binatang, sebab
pendidikan adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (baik
binatang buas maupun jinak) kepada sifat insaniah dan illahiah.[6]
Dari pengertian para ahli diatas, penulis
menarik kesimpulan jika Guru adalah orang tua kedua yang bertanggung jawab atas
perkembangan segala potensi peserta didik
yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan untuk mencapai tugas
perkembangan peserta didik sesuai dengan tingkat standar yang diharapkan.
2. Pengertian PendidikanAgama
Islam
Pendidikan dalam wacana keislaman
lebih populer dengan istilah tarbiyah, ta’lim, ta’dib, riyadhah, irsyad, dan
tadris. Masing –masing istilah tersebut memiliki keunikan makna tersendiri
ketika sebagaian atau semuanya disebut secara bersamaan, namun kesemuannya akan
memiliki makna yang sama jika disebut salah satunya, sebab salah satu istilah
itu sebenarnya mewakili istilah yang lain, Atas dasar itu, dalam beberapa buku
pendidikan Islam, semua Istilah itu digunakan secara bergantian dalam mewakili
peristilahan pendidikan agama islam.
Tarbiyah
Istilah tarbiyah diambil dari f’il
Madhinya (Rabayani) maka ia memiliki arti memproduksi, mengasuh, menanggung,
memberi makan, menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, membesarkan dan
menjinakan. [7]
Syed Quthub menafsirkan istilah tersebut
sebagai pemeliharaan jasmani anak dan menumbuhkan kematangan mentalnya.[8]
Tarbiyah dapat juga diartikan dengan proses transformasi ilmu pengetahuan dari
pendidik (rabbani) kepada peserta didik,agar ia memiliki sikap dan semangat
yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya,sehingga terbentuk
ketakwaan,budi pekerti, dan kepribadian yang luhur.Sebagai proses tarbiyah
menuntut adanya penjenjangan dalam transformasi ilmu pengetahuan,mulai dari
pengetahuan yang dasar menuju pada pengetahuan yang sulit.
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar
dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Ta’lim
Ta’lim
Tokoh yang mengajukan istilah ini adalah
‘Abd Fatah Jalal.Menurutnya ta’lim merupakan proses transmisi pengetahuan,
pemahaman, pengertian,tanggung jawab, dan penanaman amanah sehingga terjadi
penyucian diri (tazkiyat al-nafs) manusia dari segala kotoran serta menjadikan
diri manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk menerima
hikmah (wishdom) serta mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan
mempelajari apa yang tidak diketahui. Taklim mencakup seluruh fase manusia,
sementara tarbiyah di khususkan pada fase bayi dan kanak-kanak. Karena itu,
istilah ta’lim lebih tepat digunakan sebagai peristilahandalam pendidikan
Islam. [9]
Ta’dib
Tokoh yang mengajukan istilah ini adalah
Muhammad al naquib al- attas menurutnya istilah ta’dib paling cocok digunakan
untuk periistilahan pendidikan Islam. Istilah tarbiyah hanya mengacu pada
kondisi ekistensial yang spesifik karena ditujukan pada aspek- aspek
kepemilikan dan berkaitan dengan jenis relasional, seperti tarbiyah al rabb
(Tuhan) dengan makhlukNya, bukan tarbiyah manusia pada sesamanya. Istilah
tarbiyah masih terlalu umum, yang mencakup spesies selain manusia. Sementara
ta’lim cakupannya lebih luas dari pada tarbiyah. Ia adalah pengajaran tanpa
adanya pengenalan yang lebih mendasar. Al – attas lebih lanjut mengungkapkan
bahwa konsep al tarbiyah dan al ta’lim lebih diwarnai oleh filsafat sekuler
barat, sementara konsep ta’dib mencerminkan tujuan esensial pendidikan Islam
yang di ajarkan oleh Rosululloh SAW. Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan
pendidikan sopan santun, tata krama, adb, budi pekerti, akhlak, moral dan
etika. Ta’dib yang seakar dengan adab memiliki arti pendidikan peradaban atau
kebudayaan.[10]
Riyadha
Secara bahasa diartikan dengan pengajaran
dan pelatihan. Riyadha di nisbatkan kepada disiplin tasawuf atau olahraga.
Riyadha dalam tasawuf berarti latihan rohani dengan cara menyendiri pada hari-
hari tertentu untuk melakukan ibadah dan tawakur mengenai hak dan kewajibanya.
Sementara riyadha dalam disiplin olahraga berarti latihan fisik untuk
menyehatkan tubuh. [11]
Pertama,
Muhammad SA. Ibrahimi (Bangladesh) menyatakan bahwa pendidikan islam adalah:
“Islamic education in true sense of the lern,is a system of education which
enable a man to lead his life according to the islamic ideology,so that he may
easily mould his life in accordance with tenets of Islam.”[12](Pendidikan
Islam dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang
memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ajaran
Islam).
Berdasarkan beberapa
pengertian yang dikemukakan para ahli diatas maka, penulis menarik kesimpulan
bahwa pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai proses transinternalisasi
pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran,
pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya guna
mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akherat.
3. Pengertian Budi Pekerti
Budi Pekerti terdiri dari dua kata yaitu Budi dan Pekerti. Budi berarti pikiran
yang jernih dan baik. Sedangkan Pekerti berarti sebuah perbuatan. Jadi
Budi Pekerti merupakan perbuatan yang
diiringi dengan sebuah pemikiran yang baik. Dengan kata lain budi pekerti
berarti moral dan kelakuan yang baik dalam menjalani kehidupan. Namun budi
pekerti meliputi segala etika, tatakrama, tata susila, prilaku baik dalam
pergaulan, pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, sehingga menyebabkan suatu
tatanan hidup yang berada. [13]
Istilah budi pekerti sering kali
dipersamakan dengan istilah sopan santun, susila,moral,etika,adab atau akhlak.
Kesemua istilah itu memiliki makna yang sama,yaitu sikap, perilaku, dan
tindakan individu yang mengacu pada norma baik-buruk dalam hubungannya dengan
sesama individu , anggota keluarga, masyarakat, hidup berbangsa, bernegara
bahkan sebagai umat beragama, yang bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan
kualitas diri. Dalam budi pekerti memuat bangunan nilai-nilai yang baik dan
benar, yang menjadi acuan perilaku (code of conduct) dalam mengarungi kehidupan
sehari-hari.
Budi pekerti dapat diturunkan dari
berbagai sumber.Pertama, dari ajaran agama. Semua agama menghendaki umatnya
berlaku dan bertindak baik, bahkan doktrin ini menjadi inti ajaran agama. Tak
satu pun agama mengajak kepada umatnya untuk bertindak anarkis, destruktif dan
menginjak-injak hak dan kehormatan orang lain;Kedua, falsafah hidup berbangsa
dan bernegara. Setiap negara memiliki falsafah hidup yang menjadi pedoman bagi
bangsanya untuk berperilaku baik. Falsafah hidup tersebut diturunkan dari
kesepakatan bersama yang disusun dengan berpijak pada prinsip berketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kebijaksanaan, permusyawaratan, dan keadilan untuk
kebaikan dan keharmonisan bersama;Ketiga, tradisi yang melekat di suatu
masyarakat. Tradisi merupakan adat istiadat atau kebiasaan suatu masyarakat,
yang mana kebiasaan itu dilakukan secara menetap dan konsisten oleh anggotanya.
Tradisi terbentuk atas kesepakatan bersama karena dipandang memiliki nilai
kebaikan bagi komunitas masyarakat tertentu.
Menurut Saint Thomas Aquinas yang dikutip
oleh Mann dan Kreyche, teori tentang baik-buruk dalam ajaran budi pekertisangat
tergantung pada kehendak Tuhan. Apa yang dianggap dan ditentukan baik atau
buruk oleh Tuhan, maka baik atu buruk pula untuk moral manusia. Sementara
Immanuel Kant menekankan kriteria baik-buruk dalam ajaran budi pekerti
berdasarkan intuisi, karena hukum budi pekerti itu berada di dalam diri manusia
yang terdalam. Sementara Plato dan Aristoteles dengan aliran Rasionalismenya
memandang bahwa kriteria baik-buruknya berdasarkan rasio manusia, karena rasio
merupakan sumber etika. Dalam hal ini Aqinas menekankan ajaran budi pekerti
dari sudut pandang teosentris. Tuhan yang menentukan, sedangkan manusia hanya
menjalankan apa yang sudah ditentukan. Sedangkan Khant, Plato, dan Aristoteles
melihat dari sudut pandang antroposentris, sebab kriteria baik-buruk budi
pekerti berasal dari intuisi manusia itu sendiri.[14]
Pandangan yang tepat bagi masyarakat
muslim Indonesia terhadap beberapa aliran budi pekerti adalah konvergen.
Artinya semua aliran dapat diakomodir sedemikian rupa, tanpa mengabaikan salah
satunya. Misi utama kerasulan Nabi
Muhammad SAW adalah untuk memperbaiki akhlak umatnya. Beliau senantiasa
menunjukkan uswah hasanah (suri teladan yang baik) sebagai bentuk internalisasi
nilai dan prototype budi pekerti yang baik, agar umatnya dapat menirunya secara
mudah. Karena itulah beliau menggunakan istilah “menyempurnakan” bukan
mengganti. Dapat disimpulkan bahwa ajaran budi pekerti beliau adalah “ memlihara
yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik.”
Hal ini menunjukkan akan keluwesan dan
inklusifisme ajaran islam terhadap transinternalisasi pendidikan budi pekerti.
Islam yang ajaran intinya berpijak pada prinsip keutuhan (tauhid) menolak
segala pikiran dan tindakan yang berbau sekuler, yang memisahkan antara ajaran
agama dengan falsafah hidup berbangsa dan bernegara karena sekularisasi akan
melahirkan kepribadian yang pecah (Split personality). Sebagai implementasi
dari pemahaman tersebut, umat Islam Indonesia yang memiliki hubungan vertikal
baik dengan Allah (Hablminallah) seharusnya diikuti oleh hubungan horizontal
yang baik pula terhadap sesama manusia (Hablmin al-nas), sehingga terjadi
hubungan yang simbiotik antara kesalehan individual (dalam bentuk ibadah) dan
kesalehan sosial ( dalam bentuk muamallah). [15]
Salah satu cara transinternalisasi nilai-
nilai budi pekerti itu adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Thomas Lickona
dalam educating for character how our schools can teach respect and
Responsibility yang dilakukan melalui pengembangan tiga dimensi secara terpadu,
yaitu: pertama pengetahuan moral (Moral knowing), meliputi kesadaran moral (Moral awarness) pengetahuan tentang nilai
moral (knowing Moral values), Perspective taking, pertimbangan moral (Moral
Reasoning), pengambilan keputusan (Decition making) dan pengetahuan diri (self
knowladge); kedua Perasaan moral Moral feeling), meliputi suara hati
(conscience), harga diri (self- esteem), ikut merasakan/terlibat penderitaan
yang lain (empathy), cinta yang baik (loving the good), pengendalian diri (self
control), kemanusiaan (humanity); ketiga, tindakan moral (moral action),
meliputi kemampuan (competence), dan
kebiasaan (habit). [16]
Dari pendapat para ahli diatas penulis menyimpulkan
jika budi pekerti dalam islam dapat diartikan sebagai nilai- nilai yang luhur
yang mampu menciptakan karakter manusia dalam kaidah-kaidah Islam untuk
perbaikan dan peningkatan akhlak mulia sehingga menjadi manusia yang sempurna
(insan kamil).
F.
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian teori tersebut,
maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan : “Dengan peran
guru PAI dalam pembelajaran dengan memperhatikan perkembangan sikap dan
perilaku dari masing-masing siswa dan khususnya kelas 1 di Sekolah Dasar Negeri
001 Sangatta Utara maka Budi pekerti siswa di Sekolah dasar Negeri 001 Sangatta
Utara pada umumnya dan Siswa kelas I pada khususnya dapat ditingkatkan.”
G.
METODE
TINDAKAN
1. Prosedur
Tindakan
Penelitian
ini merupakan jenis penelitian lapangan (field
research). Sesuai dengan sifat dan karakter permasalahan yang menjadi fokus
dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatifyaitu penelitian yang berupaya mengangkat, menuturkan, dan
menafsirkan data dari fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang
terjadi saat sekarang ketika penelitian berlangsung dan menyajikannya apa
adanya.[17]
2. Objek
Penelitian
Beberapa
variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini antara lain :
a. Peran
guru PAI dalam meningkatkan budi pekerti siswa kelas I di Sekolah Dasar Negeri
001 Sangatta Utara.
b. Budi
pekerti siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 001 Sangatta Utara.
3. Teknik
Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data,
yaitu:
a. Interview
/ Wawancara
Metode
interview yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang
dikerjakan sistematis yang berlandaskan tujuan penelitian.[18]
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan penelitian untuk
mendapatkan keterangan- keterangan lisan melalui komunikasi langsung dengan
subjek penelitian, baik dalam situasi sebenarnya ataupun dalam situasi buatan.[19]
Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan interview yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. [20]
Metode
ini digunakan untuk mendapatkan data dari kepala sekolah tentang peran guru PAI
dalam meningkatkan budi pekerti siswa Kelas I di SD Negeri 001 Sangatta Utara.
b. Metode
Observasi
Metode
observasi yaitu studi yang sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan
gejala- gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan.[21]
Observasi dilakukan secara sistematis (berkerangka) mulai dari metode yang
digunakan dalam observasi sampai cara- cara pencatatannya.[22]
Dalam
hal ini yang di observasi adalah mengenai sikap, perilaku, serta kebiasaan guru
PAI dalam meningkatkan budi pekerti siswa kelas I di SD Negeri 001 Sangatta
Utara.
c. Metode
Dokumentasi
Metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal hal berupa catatan, buku, transkip,
surat kabar, letger, agenda, dan sebagainya.[23]
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber pada dokumen
atau catatan peristiwa- peristiwa yang telah terjadi.[24]
Metode
dokumentasi diperlukan sebagai metode pendukung untuk mendapatkan data, karena
dalam metode dokumentasi ini dapat diperoleh data- data hostoris dan dokumen
lain yang relevan dengan penelitian ini.[25]
Adapun
metode ini digunakan penulis untuk memperoleh data- data tentang dokumentasi
seperti: data history SDN 001 Sangatta Utara, Agenda kerja guru PAI, foto
kegiatan proses pembelajaran dan pembiasaan setiap hari di Sekolah Dasar Negeri
001 Sangatta Utara.
4. Teknik
Analisis Data
Teknik
analisis data disini ialah menganalisa terhadap data yang tersusun, data yang
telah penulis peroleh dari penelitian dengan menggunakan metode analisa deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah
menuturkan dan menafsirkan data yang ada.[26]
Sedangkan kualitatif adalah yang
digambarkan dengan kata- kata atau kalimat dan dipisah-pisahkan menurut
katagori untuk memperoleh kesimpulan.[27]
Dengan
demikian deskriptif kualitatif adalah
penelitian yang dimaksudkan untuk menuturkan dan menafsirkan data yang ada dan
di gambarkan dengan kalimat yang akhirnya data disimpulkan, penelitian akan
berisikan laporan data. Data tersebut berasal dari observasi, interviewe/
wawancara dan dokumentasi selanjutnya data dikelompokkan sesuai dengan
bidangnya tersebut kemudian dipertemukan teori selanjutnya akan dibenarkan
dengan penelitian dan akhirnya ditarik suatu kesimpulan.
Proses
analisis data dimulai dari mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai
sumber. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan tiga langkah, yaitu: reduksi
data; penyajian data; penarikan kesimpulan.[28]
Reduksi datameliputi proses pemilahan,
penyerdanaan, dan pengkatagorian data yang dimaksud untuk memudahkan
pengorganisasian data dan keperluan analisis data serta penarikan kesimpulan.
Adapun prosesnya dapat dilakukan dari pengumpulan data, kemudian dilakukan
reduksi data untuk memilih dan memilah data yang sesuai dan bermakna. Dalam
proses reduksi data, peneliti melakukan seleksi memilih data yang relevan dan
bermakna, mengfokuskan pada data yang mengarah utnk pemecahan masalah,
penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah di
fokuskan, kemudian menyerdahanakan, menyususn secara sistematis dengan
menonjolkan hal- hal yang dipandang penting dari hasil penelitian. Reduksi data
ini dilanjutkan secara lebih intensif dengan melakukan pemilahan data,
pengkodean data, dan pengkatagorian. Pengklasifikasian data merupakan kegiatan
mengelompokkan data berdasarkan cicri- ciri klasifikasi data yang ada.
Penyajian Data merupakan
pemaparan data yang tersusun secara sistematis yang memperlihatkan keeratan
kaitan alur data, sekaligus menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi, sehingga
dapat membantu memudahkan peneliti menarik kesimpulan yang sebenarnya. Secara
ummu penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan kedalam bentuk teks
naratif.
Penarikan Kesimpulan yang
dilakukan sejak tahap pengumpulan data dengan cara mencatat dan memaknai
fenomena yang menunjukan keteraturan, kondisi yang berulang- ulang, serta pola
yang dominan dan paling berpengaruh. Kesimpulan dalam tahap ini mula- mula
tampak belum jelas dan meyeluruh, bersifat sementara, kemudian berlanjut pada
tingkatan menyeluruh dan jelas. Kesimpulan penelitian akhirnya semakin menjadi
tingkatan tegas, dan meyeluruh setelah makna yang muncul tersebut teruji
kebenaran dan keabsahannya melalui pemeriksaan kembali buku- buku kepustakaan,
catatan lapangan, konsultasi dengan pembimbing, ahli, mapun teman sejawat.[29]
H.
JADWAL
PENELITIAN
BULAN
SEPTEMBER2013:
No
|
Kegiatan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1.
|
Penyiapan
instrument penelitian
|
|
|
|
|
2.
|
Pembuatan
bahanpenelitian
|
|
|
|
|
3.
|
Pembuatan RP dan skenario pembelajaran
|
|
|
|
|
BULAN OKTOBER2013:
No
|
Kegiatan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1.
|
Melihatobyekpenelitian
|
|
|
|
|
2.
|
Mengantarkansuratperizinanuntukpenelitian
|
|
|
|
|
3.
|
MengunjungiobyekpenelitiansekaligusberkenalandenganpihakSD
|
|
|
|
|
4.
|
MenggaliinformasidaripihakSD
|
|
|
|
|
5.
|
MelakukanwawancaradenganpihakSD
|
|
|
|
|
6.
|
Perkenalandenganparamurid-muridnya
|
|
|
|
|
7.
|
Melakukanpendekatankepadaparamurid
|
|
|
|
|
8.
|
Mendatamurid-muridnya
|
|
|
|
|
9.
|
Mengamatitingkahlakumurid-muridnya
|
|
|
|
|
10
|
Memberikan pengarahan
|
|
|
|
|
BULAN NOVEMBER 2013:
No
|
Kegiatan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1.
|
Menggaliinformasidarimurid-muridnya
|
|
|
|
|
2.
|
Mewawancarai gurunya
|
|
|
|
|
3.
|
Mengamatigurunya
|
|
|
|
|
4.
|
Mengamatikegiatan yang diadakan
|
|
|
|
|
5.
|
MengucapkanterimakasihkepadapihakSD
|
|
|
|
|
I.
SISTEMATIKA
LAPORAN
A.
Abstrak, meliputi
rumusan masalah, tujuan, prosedur pelaksanaan PTK dan hasil penelitian.
B.
Pendahuluan, meliputi
latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan pentingnya masalah
dipecahkan, identifikasi masalah, analisis dan rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian.
C.
Kajian Teori,
Menguraikan teori yang terkait dan temuan penelitian yang relevan yang memberi
ke arah pelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun argumen teoritik bahwa
dengan tindakan tertentu, dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri
dengan pertanyaan penelitian dan/atau hipotesis tindakan.
D.
Pelaksanaan Penelitian,
meliputi deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik siswa di
sekolah sebagai subyek penelitian.
E.
Hasil Penelitian dan
Pembahasan, menyajikan masing-masing siklus dengan data lengkap, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang berisi tentang penjelasan
aspek keberhasilan.
F.
Kesimpulan dan Saran,
Simpulan penelitian sesuai dengan hasil analisis dan rumusan masalah
penelitianyang telah disampaikan sebelumnya. Berikan saran sebagai tindak
lanjut berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang menyangkut segi positif
maupun negatifnya.
G.
Daftar Pustaka
H.
Biodata
DAFTAR PUSTAKA
Al-attas,
Muhammad al-Naquib, Konsep Pendidikan
Dalam Islam, Bandung: Mizan, 1998.
Al-Syaibani,
Omar Muhammad al-Toumi, Falsafah
Pendidikan Islam, terj.Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Arifin Hm, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina
Aksara, 1987.
Arifin HM, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum,
Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Arikunto,
Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Solo: Rineka Cipta, 1996.
Hadi, Sutrisno, Metodelogi Research, fakultas Psikologi
UGM, Yogyakarta: 1993.
Mujid,Abdul,Ilmu
Pendidikan Islam,Jakarta: Kencan,2010.
Rahmat,
Jalaluddin, Islam Alternatif,
Jakarta: Bina Aksara, 1987.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Bandung: Alfa Beta, 2007.
Sugiyanto, Pelajaran Budi Pekerti, Mataram, 2011:
lihat dalam http//lipurs.wordpress.com/2011/06/30/pelajaran-budi-pekerti/
Sujana, Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah,
Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1999, cat.5
Surachmat,
Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah,
Bandung: Tarsito, 2003.
Suryabrata,
Sumadi, Metodologi Penelitian,
Jakarta: Rajawali Press, 1992.
Suryosubrata B,Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, Jakarta:Bina
Aksara,1992.
Usman, Uzer, Menjadi guru profesional. Remaja Karya.
Bandung: 1990.
UU RI No.20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 1
Widodo, Erna dan
Mukhtar, Kontruksi ke arah Penelitian
Deskriptif, Yogyakarta: Avyrouz, 2000
BIODATA
PENULIS
Penulis bernama
Yulifah,dilahirkan pada tanggal 12 Juli 1978 di Banjarnegara propinsi Jawa
Tengah. Penulis adalah anak ke-1 dari 4 bersaudara pasangan Bapak Asep Djumari
dan Ibu Musrifah.
Pendidikan dasar
diselesaikan pada tahun 1991 di SDN 02 Bondolharjo , kabupaten Banjarnegara
propinsi Jawa Tengah, pendidikan lanjutan Menengah Pertama diselesaikan pada
tahun 1994 di SMPN I Wanadadi kabupaten
Banjarnegara, pendidikan lanjutan
Menengah Atas diselesaikan pada tahun 1997 di SMAN I Wanadadi di kabupaten Banjarnegara dan masuk pendidikan D2 PGTK di IKIP PGRI Semarang 2005-2007
Penulis diterima
sebagai mahasiswa pada jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam
diSekolah Tinggi Agama Islam Sangatta, Kutai Timur pada tahun 2011. Penulis
selain sebagai ibu rumah tangga juga pernah mempunyai pengalaman mengajar di TK
PGRI Sidarata kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara propinsi Jawa Tengah
selama kurang lebih 7 tahun (dari tahun 2002-2009) dan dari bulan desember 2009
sampai sekarang aktif mengajar di salah satu SD Negeri di Sangatta Utara .
[1]Penjelasan atas Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan
[2] Abdul Mujid. Ilmu Pendidikan Islam. Kencana. Jakarta.2010.hlm 88
[4] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam,
Bandung, Remaja Rosda Karya, 1992, hlm. 74
[5] Suryosubrata B., Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, Jakarta, Bina Aksara, 1992,
hlm.26
[6] Abu Hamid Muhammad al
Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, terj.
Ismail Ya’qub, Semarang, Faizan, 1979, hlm.65,68,70
[7] Muhammad al- Naquib al- attas, Konsep Pendidikan dalam Islam,
Bandung,Mizan 1988. Hlm. 66
[8] Syed Quthub, Tafsir fi Dhilal Al-Qur’an,beirut,Dar
al-Ahya,tt,juz XV,hlm.15
[9] Abd Fatah jallal Min al-uskhul al-tarbiyah fi al-Islam, Mesir,
Dar al –khutub al-mishriyyah, 1977.hlm.17
[10] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana, 2010.hlm.20
[12] Arifin HM, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum,
Jakarta, Bumi Aksara,1991.hlm.3
[13]Sugiyanto,Pelajaran Budi Pekerti, Mataram,
2011:lihat dalam http://lipurs.wordpress.com/2011/06/30/pelajaran-budi-pekerti/
[14] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana,
2010.hlm.xiv
[17] Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, Bandung, alfa Beta, 2007.hlm.8
[18] Sutrisnohadi, Metodelogi Research, Fakultas Psikologi
UGM, Yogyakarta, 1993, hlm.136
[19] Winarno Surachmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung,
Tarsito, 2003, hlm. 162
[20] Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung,
Remaja Rosda Karya, 2003, hlm. 117
[21]Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, Fakultas Psikologi
UGM, Yogyakarta, 1993, hlm.136
[23] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Solo, Rineka Cipta, 1996,hlm. 234
[24] Winarno Surachmat, Op.cit.,hlm.`132
[26] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Solo, Rineka Cipta, 1996, hlm.234
[27] Winarno Surachmat, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Teknik,
Tersito, Bandung, 1982, hlm. 109
[28] Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, Jakarta, Rajawali, 1992 hlm. 94
0 Response to "Peran Guru PAI Dalam Meningkatkan Budi Pekerti Kelas I SD 001 Sangatta Utara"
Post a Comment