Kedudukan Guru Dalam Islam
Kedudukan guru dalam islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya. Mengamalkan ilmunya dengan cara mengajarkan ilmu kepada orang lain adalah suatu pengalaman yang paling dihargai dalam islam. Menurut al-Ghozali, seperti yang dikutip oleh Ahmad Tafsir, barang siapa yang memiliki pekerjaan sebagai guru, maka sesungguhnya ia telah memiliki pekerjaan yang penting.
Ia melanjutkan bahwa ketika Imam al-Haramain meninggal dunia, pasar-pasar ditutup, mimbarnya di Universitas ditutup, mahasiswa sebanyak 400 orang memecahkan tempat tinta serta mematahkan pena mereka. Mereka dalam keadaan demikian selama setahun. Ini menandakan bahwa derajat atau kedudukan guru sangatlah penting dan dihormati dalam islam.
Sebenarnya, tingginya kedudukan guru dalam islam merupakan realiasasi dari ajaran islam itu sendiri. Islam memuliakan ilmu pengetahuan dan pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar. Yang belajar adalah calon pemimpin masa depan, dan yang mengajar adalah guru. Tak terbayangkan terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan tanpa adanya orang yang belajar dan mengajar tanpa adanya guru. Karena islam adalah agama, maka pandangan tentang guru dan kedudukan guru tidak terlepas dari nilai-nilai agama islam.
Begitu agung kiai dihadapan santrinya, matanya menembus pandangan semesta gagasan, ilmunya yang luas dan dalam merupakan lautan samudra hikmah yang setiap saat akan dikeluarkan bila diperlukan. Tidak diperlukan pun kiai ikhlas akan memberikannya. Begitupun dengan doanya yang mujarab, pantas kalau orang-orang berduyun-duyun ketempat para kiai hanya ingin mendapat berkah.
0 Response to "Kedudukan Guru Dalam Islam"
Post a Comment