Peran Guru PAI Dalam Meningkatkan Budi Pekerti Kelas I SD 001 Sangatta Utara




A.    JUDUL PENELITIAN
Peran Guru PAI dalam  Meningkatkan Budi  Pekerti Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri 001 Sangatta Utara
B.     MASALAH LAPANGAN
Peran guru PAI dalam kegiatan proses belajar mengajar menentukan hasil akhir dari peserta didik. Guru PAI tidak hanya dituntut dalam mengajar tetapi harus mampu mendidik peserta didiknya, menanamkan nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didiknya agar bisa mengembangkan ilmu pengetahuan yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah keislaman.

Paradigma pengajaran yang lebih menitikberatkan peran guru PAI dalam mentransformasikan pengetahuannya kepada peserta didiknya bergeser kepada paradigma pembelajaran yang memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya dalam rangka membentuk manusia yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, berakhlak mulia, bekepribadian, memiliki kecerdasan, estetika, sehat jasmani dan rohani, serta ketrampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[1]
Guru PAI adalah Bapak rohani ( spiritual father) bagi peserta didik, yang memeberikan santapan jiwa dan ilmu, pembinaan akhlak mulia dan meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena itu guru PAI mempunyai kedudukan tinggi dalam Islam.[2] Menurut  Al Ghazali, tugas pendidik (guru PAI) yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri (Takarrub) kepada Allah SWT.[3]
            Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi masalah di lapangan adalah sebagai berikut :
1.   Usaha yang dilakukan guru PAI dalam meningkatkan Budi pekerti Siswa Kelas I di SD Negeri 001 Sangatta Utara
2.   Kendala guru PAI dalam meningkatkan Budi pekerti Siswa Kelas I di SD Negeri 001 Sangatta Utara

C.    RUMUSAN MASALAH
                        Berdasarkan permasalahan tersebut di atas dalam penelitian ini dapat dirumuskan, yaitu:
Bagaimanakah peran guru PAI dalam meningkatkan Budi Pekerti Siswa Kelas I di SD Negeri 001 Sangatta Utara ?

D.    TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mendeskripsikan peran guru PAI dalam meningkatkan Budi Pekerti Siswa Kelas Idi SD Negeri 001 Sangatta Utara.
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1.         Manfaat Teoritis
Memberikan pemahaman tentang peran guru PAI dalam usaha meningkatkan Budi Pekerti Siswa di SD Negeri 001 Sangatta Utara serta menjadikan motivasi guru PAI untuk senantiasa mengembangkan pembelajaran yang berbasis karakter atau pembelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman dan nilai-nilai budaya negara kita sebagai negara timur yang selalu menjunjung martabat dan kehormatan bangsa.
2.      Manfaat Praktis
Memberikan tambahan informasi bagi SD Negeri 001 Sangatta Utara supaya para guru khususnya guru PAI dapat meningkatkan Budi Pekerti Siswa Kelas I secara maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan yang berkarakter, seimbang antara akademis dengan nilai religi dan sesuai dengan visi dan misi dari SD Negeri 001 sangatta Utara.

E.     KAJIAN TEORI
1.      Pengertian Guru atau Pendidik
      Guru dalam Islam adalah orang- orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), Kognitif (Cipta), maupun Psikomotorik (karsa). [4]
      Guru berarti juga orang yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu bediri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, yang mampu melakukan tugas sebagai mahkluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.[5]
      Pendidik disebut sebagai orang- orang besar (great Individuals) yang aktivitasnya lebih baik dari pada ibadah setahun. Selanjutnya, Al Ghazali menukil dari perkataan para ulama yang menayatakan “ bahwa pendidik merupakan pelita (Shiraj) segala zaman, orang yang hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran cahaya (Nur) keilmiahannya. Andaikata dunia tidak ada pendidik Niscaya manusia seperti binatang, sebab pendidikan adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (baik binatang buas maupun jinak) kepada sifat insaniah dan illahiah.[6]
      Dari pengertian para ahli diatas, penulis menarik kesimpulan jika Guru adalah  orang tua kedua yang bertanggung jawab atas perkembangan segala potensi peserta didik  yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan untuk mencapai tugas perkembangan peserta didik sesuai dengan tingkat standar yang diharapkan.
2.      Pengertian PendidikanAgama Islam
      Pendidikan dalam wacana keislaman lebih populer dengan istilah tarbiyah, ta’lim, ta’dib, riyadhah, irsyad, dan tadris. Masing –masing istilah tersebut memiliki keunikan makna tersendiri ketika sebagaian atau semuanya disebut secara bersamaan, namun kesemuannya akan memiliki makna yang sama jika disebut salah satunya, sebab salah satu istilah itu sebenarnya mewakili istilah yang lain, Atas dasar itu, dalam beberapa buku pendidikan Islam, semua Istilah itu digunakan secara bergantian dalam mewakili peristilahan pendidikan agama islam.
Tarbiyah
      Istilah tarbiyah diambil dari f’il Madhinya (Rabayani) maka ia memiliki arti memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan, menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, membesarkan dan menjinakan. [7]
      Syed Quthub menafsirkan istilah tersebut sebagai pemeliharaan jasmani anak dan menumbuhkan kematangan mentalnya.[8] Tarbiyah dapat juga diartikan dengan proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik (rabbani) kepada peserta didik,agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya,sehingga terbentuk ketakwaan,budi pekerti, dan kepribadian yang luhur.Sebagai proses tarbiyah menuntut adanya penjenjangan dalam transformasi ilmu pengetahuan,mulai dari pengetahuan yang dasar menuju pada pengetahuan yang sulit.
      Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Ta’lim
      Tokoh yang mengajukan istilah ini adalah ‘Abd Fatah Jalal.Menurutnya ta’lim merupakan proses transmisi pengetahuan, pemahaman, pengertian,tanggung jawab, dan penanaman amanah sehingga terjadi penyucian diri (tazkiyat al-nafs) manusia dari segala kotoran serta menjadikan diri manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk menerima hikmah (wishdom) serta mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan mempelajari apa yang tidak diketahui. Taklim mencakup seluruh fase manusia, sementara tarbiyah di khususkan pada fase bayi dan kanak-kanak. Karena itu, istilah ta’lim lebih tepat digunakan sebagai peristilahandalam pendidikan Islam. [9]
Ta’dib
      Tokoh yang mengajukan istilah ini adalah Muhammad al naquib al- attas menurutnya istilah ta’dib paling cocok digunakan untuk periistilahan pendidikan Islam. Istilah tarbiyah hanya mengacu pada kondisi ekistensial yang spesifik karena ditujukan pada aspek- aspek kepemilikan dan berkaitan dengan jenis relasional, seperti tarbiyah al rabb (Tuhan) dengan makhlukNya, bukan tarbiyah manusia pada sesamanya. Istilah tarbiyah masih terlalu umum, yang mencakup spesies selain manusia. Sementara ta’lim cakupannya lebih luas dari pada tarbiyah. Ia adalah pengajaran tanpa adanya pengenalan yang lebih mendasar. Al – attas lebih lanjut mengungkapkan bahwa konsep al tarbiyah dan al ta’lim lebih diwarnai oleh filsafat sekuler barat, sementara konsep ta’dib mencerminkan tujuan esensial pendidikan Islam yang di ajarkan oleh Rosululloh SAW. Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tata krama, adb, budi pekerti, akhlak, moral dan etika. Ta’dib yang seakar dengan adab memiliki arti pendidikan peradaban atau kebudayaan.[10]
Riyadha
      Secara bahasa diartikan dengan pengajaran dan pelatihan. Riyadha di nisbatkan kepada disiplin tasawuf atau olahraga. Riyadha dalam tasawuf berarti latihan rohani dengan cara menyendiri pada hari- hari tertentu untuk melakukan ibadah dan tawakur mengenai hak dan kewajibanya. Sementara riyadha dalam disiplin olahraga berarti latihan fisik untuk menyehatkan tubuh. [11]
     Pertama, Muhammad SA. Ibrahimi (Bangladesh) menyatakan bahwa pendidikan islam adalah: “Islamic education in true sense of the lern,is a system of education which enable a man to lead his life according to the islamic ideology,so that he may easily mould his life in accordance with tenets of Islam.”[12](Pendidikan Islam dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam).
                  Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli diatas maka, penulis menarik kesimpulan bahwa pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akherat.
3.      Pengertian Budi Pekerti
      Budi Pekerti  terdiri dari dua kata  yaitu Budi dan Pekerti. Budi berarti pikiran yang jernih dan baik. Sedangkan Pekerti berarti sebuah perbuatan. Jadi Budi  Pekerti merupakan perbuatan yang diiringi dengan sebuah pemikiran yang baik. Dengan kata lain budi pekerti berarti moral dan kelakuan yang baik dalam menjalani kehidupan. Namun budi pekerti meliputi segala etika, tatakrama, tata susila, prilaku baik dalam pergaulan, pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, sehingga menyebabkan suatu tatanan hidup yang berada. [13]
      Istilah budi pekerti sering kali dipersamakan dengan istilah sopan santun, susila,moral,etika,adab atau akhlak. Kesemua istilah itu memiliki makna yang sama,yaitu sikap, perilaku, dan tindakan individu yang mengacu pada norma baik-buruk dalam hubungannya dengan sesama individu , anggota keluarga, masyarakat, hidup berbangsa, bernegara bahkan sebagai umat beragama, yang bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas diri. Dalam budi pekerti memuat bangunan nilai-nilai yang baik dan benar, yang menjadi acuan perilaku (code of conduct) dalam mengarungi kehidupan sehari-hari.
      Budi pekerti dapat diturunkan dari berbagai sumber.Pertama, dari ajaran agama. Semua agama menghendaki umatnya berlaku dan bertindak baik, bahkan doktrin ini menjadi inti ajaran agama. Tak satu pun agama mengajak kepada umatnya untuk bertindak anarkis, destruktif dan menginjak-injak hak dan kehormatan orang lain;Kedua, falsafah hidup berbangsa dan bernegara. Setiap negara memiliki falsafah hidup yang menjadi pedoman bagi bangsanya untuk berperilaku baik. Falsafah hidup tersebut diturunkan dari kesepakatan bersama yang disusun dengan berpijak pada prinsip berketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kebijaksanaan, permusyawaratan, dan keadilan untuk kebaikan dan keharmonisan bersama;Ketiga, tradisi yang melekat di suatu masyarakat. Tradisi merupakan adat istiadat atau kebiasaan suatu masyarakat, yang mana kebiasaan itu dilakukan secara menetap dan konsisten oleh anggotanya. Tradisi terbentuk atas kesepakatan bersama karena dipandang memiliki nilai kebaikan bagi komunitas masyarakat tertentu.
      Menurut Saint Thomas Aquinas yang dikutip oleh Mann dan Kreyche, teori tentang baik-buruk dalam ajaran budi pekertisangat tergantung pada kehendak Tuhan. Apa yang dianggap dan ditentukan baik atau buruk oleh Tuhan, maka baik atu buruk pula untuk moral manusia. Sementara Immanuel Kant menekankan kriteria baik-buruk dalam ajaran budi pekerti berdasarkan intuisi, karena hukum budi pekerti itu berada di dalam diri manusia yang terdalam. Sementara Plato dan Aristoteles dengan aliran Rasionalismenya memandang bahwa kriteria baik-buruknya berdasarkan rasio manusia, karena rasio merupakan sumber etika. Dalam hal ini Aqinas menekankan ajaran budi pekerti dari sudut pandang teosentris. Tuhan yang menentukan, sedangkan manusia hanya menjalankan apa yang sudah ditentukan. Sedangkan Khant, Plato, dan Aristoteles melihat dari sudut pandang antroposentris, sebab kriteria baik-buruk budi pekerti berasal dari intuisi manusia itu sendiri.[14]
      Pandangan yang tepat bagi masyarakat muslim Indonesia terhadap beberapa aliran budi pekerti adalah konvergen. Artinya semua aliran dapat diakomodir sedemikian rupa, tanpa mengabaikan salah satunya.      Misi utama kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah untuk memperbaiki akhlak umatnya. Beliau senantiasa menunjukkan uswah hasanah (suri teladan yang baik) sebagai bentuk internalisasi nilai dan prototype budi pekerti yang baik, agar umatnya dapat menirunya secara mudah. Karena itulah beliau menggunakan istilah “menyempurnakan” bukan mengganti. Dapat disimpulkan bahwa ajaran budi pekerti beliau adalah “ memlihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik.”
      Hal ini menunjukkan akan keluwesan dan inklusifisme ajaran islam terhadap transinternalisasi pendidikan budi pekerti. Islam yang ajaran intinya berpijak pada prinsip keutuhan (tauhid) menolak segala pikiran dan tindakan yang berbau sekuler, yang memisahkan antara ajaran agama dengan falsafah hidup berbangsa dan bernegara karena sekularisasi akan melahirkan kepribadian yang pecah (Split personality). Sebagai implementasi dari pemahaman tersebut, umat Islam Indonesia yang memiliki hubungan vertikal baik dengan Allah (Hablminallah) seharusnya diikuti oleh hubungan horizontal yang baik pula terhadap sesama manusia (Hablmin al-nas), sehingga terjadi hubungan yang simbiotik antara kesalehan individual (dalam bentuk ibadah) dan kesalehan sosial ( dalam bentuk muamallah). [15]
      Salah satu cara transinternalisasi nilai- nilai budi pekerti itu adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Thomas Lickona dalam educating for character how our schools can teach respect and Responsibility yang dilakukan melalui pengembangan tiga dimensi secara terpadu, yaitu: pertama pengetahuan moral (Moral knowing), meliputi kesadaran moral  (Moral awarness) pengetahuan tentang nilai moral (knowing Moral values), Perspective taking, pertimbangan moral (Moral Reasoning), pengambilan keputusan (Decition making) dan pengetahuan diri (self knowladge); kedua Perasaan moral Moral feeling), meliputi suara hati (conscience), harga diri (self- esteem), ikut merasakan/terlibat penderitaan yang lain (empathy), cinta yang baik (loving the good), pengendalian diri (self control), kemanusiaan (humanity); ketiga, tindakan moral (moral action), meliputi kemampuan (competence),  dan kebiasaan (habit). [16]
      Dari pendapat para ahli diatas penulis menyimpulkan jika budi pekerti dalam islam dapat diartikan sebagai nilai- nilai yang luhur yang mampu menciptakan karakter manusia dalam kaidah-kaidah Islam untuk perbaikan dan peningkatan akhlak mulia sehingga menjadi manusia yang sempurna (insan kamil).
F.     HIPOTESIS TINDAKAN
                  Berdasarkan kajian teori tersebut, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan : “Dengan peran guru PAI dalam pembelajaran dengan memperhatikan perkembangan sikap dan perilaku dari masing-masing siswa dan khususnya kelas 1 di Sekolah Dasar Negeri 001 Sangatta Utara maka Budi pekerti siswa di Sekolah dasar Negeri 001 Sangatta Utara pada umumnya dan Siswa kelas I pada khususnya dapat ditingkatkan.”

G.    METODE TINDAKAN
1.      Prosedur Tindakan
      Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Sesuai dengan sifat dan karakter permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif  kualitatifyaitu penelitian yang berupaya mengangkat, menuturkan, dan menafsirkan data dari fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang ketika penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya.[17]
2.      Objek Penelitian
      Beberapa variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini antara lain :
a.       Peran guru PAI dalam meningkatkan budi pekerti siswa kelas I di Sekolah Dasar Negeri 001 Sangatta Utara.
b.      Budi pekerti siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 001 Sangatta Utara.
3.      Teknik Pengumpulan Data
      Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data, yaitu:
a.       Interview / Wawancara
            Metode interview yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan sistematis yang berlandaskan tujuan penelitian.[18] Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan penelitian untuk mendapatkan keterangan- keterangan lisan melalui komunikasi langsung dengan subjek penelitian, baik dalam situasi sebenarnya ataupun dalam situasi buatan.[19] Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan interview yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. [20]
            Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dari kepala sekolah tentang peran guru PAI dalam meningkatkan budi pekerti siswa Kelas I di SD Negeri 001 Sangatta Utara.
b.      Metode Observasi
            Metode observasi yaitu studi yang sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala- gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan.[21] Observasi dilakukan secara sistematis (berkerangka) mulai dari metode yang digunakan dalam observasi sampai cara- cara pencatatannya.[22]
            Dalam hal ini yang di observasi adalah mengenai sikap, perilaku, serta kebiasaan guru PAI dalam meningkatkan budi pekerti siswa kelas I di SD Negeri 001 Sangatta Utara.
c.       Metode Dokumentasi
            Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal hal berupa catatan, buku, transkip, surat kabar, letger, agenda, dan sebagainya.[23] Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber pada dokumen atau catatan peristiwa- peristiwa yang telah terjadi.[24]
            Metode dokumentasi diperlukan sebagai metode pendukung untuk mendapatkan data, karena dalam metode dokumentasi ini dapat diperoleh data- data hostoris dan dokumen lain yang relevan dengan penelitian ini.[25]
            Adapun metode ini digunakan penulis untuk memperoleh data- data tentang dokumentasi seperti: data history SDN 001 Sangatta Utara, Agenda kerja guru PAI, foto kegiatan proses pembelajaran dan pembiasaan setiap hari di Sekolah Dasar Negeri  001 Sangatta Utara.
4.      Teknik Analisis Data
      Teknik analisis data disini ialah menganalisa terhadap data yang tersusun, data yang telah penulis peroleh dari penelitian dengan menggunakan metode analisa deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah menuturkan dan menafsirkan data yang ada.[26] Sedangkan kualitatif adalah yang digambarkan dengan kata- kata atau kalimat dan dipisah-pisahkan menurut katagori untuk memperoleh kesimpulan.[27]
      Dengan demikian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menuturkan dan menafsirkan data yang ada dan di gambarkan dengan kalimat yang akhirnya data disimpulkan, penelitian akan berisikan laporan data. Data tersebut berasal dari observasi, interviewe/ wawancara dan dokumentasi selanjutnya data dikelompokkan sesuai dengan bidangnya tersebut kemudian dipertemukan teori selanjutnya akan dibenarkan dengan penelitian dan akhirnya ditarik suatu kesimpulan.
      Proses analisis data dimulai dari mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai sumber. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan tiga langkah, yaitu: reduksi data; penyajian data; penarikan kesimpulan.[28]
      Reduksi datameliputi proses pemilahan, penyerdanaan, dan pengkatagorian data yang dimaksud untuk memudahkan pengorganisasian data dan keperluan analisis data serta penarikan kesimpulan. Adapun prosesnya dapat dilakukan dari pengumpulan data, kemudian dilakukan reduksi data untuk memilih dan memilah data yang sesuai dan bermakna. Dalam proses reduksi data, peneliti melakukan seleksi memilih data yang relevan dan bermakna, mengfokuskan pada data yang mengarah utnk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah di fokuskan, kemudian menyerdahanakan, menyususn secara sistematis dengan menonjolkan hal- hal yang dipandang penting dari hasil penelitian. Reduksi data ini dilanjutkan secara lebih intensif dengan melakukan pemilahan data, pengkodean data, dan pengkatagorian. Pengklasifikasian data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan cicri- ciri klasifikasi data yang ada.
      Penyajian Data merupakan pemaparan data yang tersusun secara sistematis yang memperlihatkan keeratan kaitan alur data, sekaligus menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi, sehingga dapat membantu memudahkan peneliti menarik kesimpulan yang sebenarnya. Secara ummu penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan kedalam bentuk teks naratif.
      Penarikan Kesimpulan yang dilakukan sejak tahap pengumpulan data dengan cara mencatat dan memaknai fenomena yang menunjukan keteraturan, kondisi yang berulang- ulang, serta pola yang dominan dan paling berpengaruh. Kesimpulan dalam tahap ini mula- mula tampak belum jelas dan meyeluruh, bersifat sementara, kemudian berlanjut pada tingkatan menyeluruh dan jelas. Kesimpulan penelitian akhirnya semakin menjadi tingkatan tegas, dan meyeluruh setelah makna yang muncul tersebut teruji kebenaran dan keabsahannya melalui pemeriksaan kembali buku- buku kepustakaan, catatan lapangan, konsultasi dengan pembimbing, ahli, mapun teman sejawat.[29]

H.    JADWAL PENELITIAN
BULAN SEPTEMBER2013:
No
Kegiatan
1
2
3
4
1.
Penyiapan instrument penelitian




2.
Pembuatan bahanpenelitian




3.
Pembuatan RP dan skenario pembelajaran





BULAN OKTOBER2013:
No
Kegiatan
1
2
3
4
1.
Melihatobyekpenelitian




2.
Mengantarkansuratperizinanuntukpenelitian




3.
MengunjungiobyekpenelitiansekaligusberkenalandenganpihakSD




4.
MenggaliinformasidaripihakSD




5.
MelakukanwawancaradenganpihakSD




6.
Perkenalandenganparamurid-muridnya




7.
Melakukanpendekatankepadaparamurid




8.
Mendatamurid-muridnya




9.
Mengamatitingkahlakumurid-muridnya




10
Memberikan pengarahan





BULAN NOVEMBER 2013:
No
Kegiatan
1
2
3
4
1.
Menggaliinformasidarimurid-muridnya




2.
Mewawancarai gurunya




3.
Mengamatigurunya




4.
Mengamatikegiatan yang diadakan




5.
MengucapkanterimakasihkepadapihakSD





I.       SISTEMATIKA LAPORAN
A.    Abstrak, meliputi rumusan masalah, tujuan, prosedur pelaksanaan PTK dan hasil penelitian.
B.     Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan pentingnya masalah dipecahkan, identifikasi masalah, analisis dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
C.     Kajian Teori, Menguraikan teori yang terkait dan temuan penelitian yang relevan yang memberi ke arah pelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu, dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan/atau hipotesis tindakan.
D.    Pelaksanaan Penelitian, meliputi deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagai subyek penelitian.
E.     Hasil Penelitian dan Pembahasan, menyajikan masing-masing siklus dengan data lengkap, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang berisi tentang penjelasan aspek keberhasilan.
F.      Kesimpulan dan Saran, Simpulan penelitian sesuai dengan hasil analisis dan rumusan masalah penelitianyang telah disampaikan sebelumnya. Berikan saran sebagai tindak lanjut berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang menyangkut segi positif maupun negatifnya.
G.    Daftar Pustaka
H.    Biodata
DAFTAR PUSTAKA



Al-attas, Muhammad al-Naquib, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Bandung: Mizan, 1998.

Al-Syaibani, Omar Muhammad al-Toumi, Falsafah Pendidikan Islam, terj.Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Arifin Hm, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987.

Arifin HM, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Solo: Rineka Cipta, 1996.

Hadi, Sutrisno, Metodelogi Research, fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta: 1993.

Mujid,Abdul,Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Kencan,2010.

Rahmat, Jalaluddin, Islam Alternatif, Jakarta: Bina Aksara, 1987.

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Bandung: Alfa Beta, 2007.

Sugiyanto, Pelajaran Budi Pekerti, Mataram, 2011: lihat dalam http//lipurs.wordpress.com/2011/06/30/pelajaran-budi-pekerti/

Sujana, Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1999, cat.5

Surachmat, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 2003.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 1992.

Suryosubrata B,Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, Jakarta:Bina Aksara,1992.

Usman, Uzer, Menjadi guru profesional. Remaja Karya. Bandung: 1990.

UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1


Widodo, Erna dan Mukhtar, Kontruksi ke arah Penelitian Deskriptif, Yogyakarta: Avyrouz, 2000
BIODATA PENULIS

Penulis bernama Yulifah,dilahirkan pada tanggal 12 Juli 1978 di Banjarnegara propinsi Jawa Tengah. Penulis adalah anak ke-1 dari 4 bersaudara pasangan Bapak Asep Djumari dan Ibu Musrifah.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1991 di SDN 02 Bondolharjo , kabupaten Banjarnegara propinsi Jawa Tengah, pendidikan lanjutan Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 1994 di SMPN I Wanadadi  kabupaten Banjarnegara,  pendidikan lanjutan Menengah Atas diselesaikan pada tahun 1997 di SMAN I Wanadadi di  kabupaten Banjarnegara dan masuk pendidikan  D2 PGTK di IKIP PGRI Semarang 2005-2007
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam diSekolah Tinggi Agama Islam Sangatta, Kutai Timur pada tahun 2011. Penulis selain sebagai ibu rumah tangga juga pernah mempunyai pengalaman mengajar di TK PGRI Sidarata kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara propinsi Jawa Tengah selama kurang lebih 7 tahun (dari tahun 2002-2009) dan dari bulan desember 2009 sampai sekarang aktif mengajar di salah satu SD Negeri  di Sangatta Utara .









[1]Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
[2]  Abdul Mujid. Ilmu Pendidikan Islam. Kencana. Jakarta.2010.hlm 88
[3]Ibid., Hlm. 90
[4] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam, Bandung, Remaja Rosda Karya, 1992, hlm. 74
[5]  Suryosubrata B., Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, Jakarta, Bina Aksara, 1992, hlm.26
[6] Abu Hamid Muhammad al Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, terj. Ismail Ya’qub, Semarang, Faizan, 1979, hlm.65,68,70
[7]  Muhammad al- Naquib al- attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, Bandung,Mizan 1988. Hlm. 66
[8] Syed Quthub, Tafsir fi Dhilal Al-Qur’an,beirut,Dar al-Ahya,tt,juz XV,hlm.15
[9] Abd Fatah jallal Min al-uskhul al-tarbiyah fi al-Islam, Mesir, Dar al –khutub al-mishriyyah, 1977.hlm.17
[10]  Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana, 2010.hlm.20
[11]Ibid, hlm.21
[12] Arifin HM, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta, Bumi Aksara,1991.hlm.3
[13]Sugiyanto,Pelajaran Budi Pekerti, Mataram, 2011:lihat dalam http://lipurs.wordpress.com/2011/06/30/pelajaran-budi-pekerti/
[14] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana, 2010.hlm.xiv
[15]Ibid.,hlm.xv
[16]Ibid., hlm.xvii
[17] Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Bandung, alfa Beta, 2007.hlm.8
[18] Sutrisnohadi, Metodelogi Research, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1993, hlm.136
[19] Winarno Surachmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung, Tarsito, 2003, hlm. 162
[20] Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2003, hlm. 117
[21]Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1993, hlm.136
[22]Ibid.,, hlm. 147
[23] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Solo, Rineka Cipta, 1996,hlm. 234
[24] Winarno Surachmat, Op.cit.,hlm.`132
[25]Ibid .,hlm.135
[26] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Solo, Rineka Cipta, 1996, hlm.234
[27] Winarno Surachmat, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Teknik, Tersito, Bandung, 1982, hlm. 109
[28]  Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, Jakarta, Rajawali, 1992 hlm. 94
                [29] Nana Sujana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Cat.5, Bandung, Sinar Baru Algesindo, 1999, hlm. 77

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Peran Guru PAI Dalam Meningkatkan Budi Pekerti Kelas I SD 001 Sangatta Utara"

Post a Comment

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Artikel

Iklan Artikel Bawah