OPTIMALISASI METODE BBM (BERMAIN, BERCERITA, MENYANYI) DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA TULIS AL-QUR’AN DI TK/TPA AL-MURAQABAH ANTASARI SANGATTA UTARA
A.
Latar Belakang Masalah
Salah satu aspek pendidikan agama yang kurang mendapat
perhatian adalah pendidikan membaca dan menulisal-Qur'an. Pada umumnya orang tua lebih
menitikberatkan pada pendidikan umum saja dan kurang memperhatikan pendidikan
agama termasuk pendidikan membaca dan menulisal-Qur'an.Langkah awal adalah meletakkan
dasar agama yang kuat pada anak sebagai persiapan untuk mengarungi hidup dan
kehidupannya. Dengan dasar agama yang kuat, maka setelah menginjak dewasa akan
lebih arif dan bijaksana dalam menentukan sikap, langkah dan keputusan hidupnya
karena pendidikan agama adalah jiwa spiritualitas dari pendidikan.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 3
tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional menyatakan bahwa:“Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, ilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.[1]
Rumusan tentang mengembangkan manusia seutuhnya bermakna
bahwa orientasi pendidikan harus mencakup dua aspek yaitu intelektual dan
spiritual. Pada awal dimensi kedua untuk membentuk manusia seutuhnya yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka langkah awal yang
harus dilakukan oleh setiap insan adalah meletakkan dasar agama yang kuat pada
anak. Sebagai persiapan untuk mengarungi hidup dan kehidupannya.
Sedangkan untuk meletakkan dasar agama yang baik adalah
dimulai sejak sedini mungkin yaitu dengan mengenalkan al-Qur’an kepada anak
melalui pengajaran membaca dan menulis al-Qur’an dengan berbagai metode atau
memasukkan anak ke TK/TPA untuk mendapatkan hasil membaca dan menulis al-Qur’an
yang maksimal. Sejalan dengan ini pembentukan yang utama adalah di usia dini, apalagi jika disingkronkan dengan
zaman sekarang yang serba canggih dan sangat memberikan kemudahan dalam belajar
al-Qur’an apabila dimanfaatkan dengan maksimal, adanya televisi dan internet
bisa dimanfaatkan sebagai media dalam menerapkan metode yang happy learning bagi anak, baik itu
metode bercerita, bermain, maupun menyanyi (BBM).
Sedangkan lembaga pendidikan Islam di usia dini yang akan
menjawab terhadap tantangan keringnya nilai spiritual dan keagamaan umat dewasa
ini, yang tersebar keseluruh nusantara adalahtaman kanak-kanak/taman pendidikan al-Qur'an (TK/TPA). Fenomena ini
muncul tentunya akan membawa tujuan agung yaitu sebagai penyelamat generasi
penerus dan merupakan jawaban generasi mendatang, karena sejak dini sudah
diperkenalkan nilai-nilai agama yang bersumber kepada wahyu Ilahi yaitu al-Qur'an.
TK/TPA adalah
lembaga pendidikan yang berpijak pada filosofi “taman” yaitu mengacu pada prinsip “rapi, indah dan menyenangkan”. Tujuan
pendidikan diTK/TPA adalah
menyiapkan landasan rohani, emosi, dan tradisi pada anak sebagai generasi qur’ani dengan
materinya mencakup:
pengetahuan keagamaan (khususnya yang berhubungan dengan al-Qur’an), pengalaman
keagamaan, dan keyakinan
keagamaan.[2]Oleh
karena itu metode BBM sebagai daya pikat
yang didasarkan pada fitrah kejiwaan anak
dengan pola pendekatan “happy learning”
(keceriaan) sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pendidikan dan
pengajaran di TK/TPA.
Permainan adalah dunia anak yang sejati.Merupakan
kegiatan santai, menyenangkan,
dantanpa beban.Fungsi permainan adalah membangun
kreatifitas anak,
sarana mengenal lingkungan,
sarana pendidikan emosi,
sebagai hiburan dan selingan dari kejenuhan, belajar bekerjasama dengan orang lain, dan sebagai media
penyampaian pesan.
Sehingga anak akan lebih tertarik belajar al-Qur’an dibanding hanya sekedar
bermain, karena bermain disini kaya akan nilai-nilai spiritual Islam.[3]
Begitupula
dengan metode bercerita, metode ini sangat efektif pula dalam mengajarkan
anak-anak al-Qur’an, dengan metode ini anak-anak yang dulunya malas membaca
al-Qur’an atau lebih suka membaca komik kini beralih penasaran ingin juga
belajar al-Qur’an yang menyenangkan. Allah pun juga menganjurkan untuk menggunakan
metode bercerita ini sesuai dengan firman-Nya dalam al-Qur’an surah al-A’raf
ayat 176:
öÄÈÝÁø%$$sù}È|Ás)ø9$#öNßg¯=yès9tbrã©3xÿtFtÇÊÐÏÈ
“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka
berfikir.” (QS. Al-A’raf: 176).[4]
Cerita umumnya lebih berkesan daripada
nasehat murni, sehingga pada kebanyakan hal, cerita yang kita dengar di masa
kanak-kanak dulu masih bisa kita ingat dengan utuh berpuluh-puluh tahun.Melalui cerita,
manusia diajarkan untuk mengambil hikmah tanpa merasa digurui. Harus diakui
seringkali hati kita tidak merasa nyaman bila harus dikhutbahi dengan segerobak
nasehat yang berkepanjangan.
Sama
halnya dengan nyanyian atau lagu biasanya telah diciptakan dengan
membawa satu jiwa emosi tertentu. Misalnya lagu gembira, penuh semangat,
lagu sedih, lagu pujian, lagu lembut, haru, dan lain-lain. Lagu-lagu dengan emosi ini besar
pengaruhnya pada anak-anak terutama dalam membentuk kepekaan mereka.Lagu dan
nyanyian memang mempunyai efek lain yaitu menggerakkan tubuh. Setiap lagu tidak
akan terlepas dari ketukan, sehingga merangsang tubuh
untuk mengikuti sesuai dengan ketukan-ketukan lagu. Ini semua sangat
bermanfaat bagi anak terutama dalam perkembangan kemampuan motorik.[5]
Hal
itupun juga terlihat di TK/TPA al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara, dari tahun
ketahun jumlah anak-anak yang berminat untuk masuk TK/TPA semakin meningkat,
namun disisi lain anak-anak menganggap TK/TPA hanya sebagai tempat bermain
bebas tanpa ada arahan dari guru-gurunya.Salah satu penyebabnya adalah menurunnya
kreatifitas guru dalam mengoptimalkan metode mengajar.Sehingga penurunan minat
baca tulis al-Qur’an-pun semakin meningkat.
Oleh
karena itu, penulis sangat tertarik untuk menelitipengoptimalan metode belajar
BBM yaitu bermain, bercerita, dan menyanyi dalam meningkatkan minat baca tulis
al-Qur’an yang tidak hanya dilakukan dari ketiga hal diatas namun bermain,
bercerita, dan menyanyi yang isinya tentang al-Qur’an dalam arti guru-guru
disana harus mengoptimalkan metode BBM dalam mengajar al-Qur’an sehingga tidak
terjadi kejenuhan pada anak-anak ketika belajar al-Qur’an.Bahkan mereka akan
semakin berminat dan bersemangat dalam belajar membaca serta menulis al-Qur’an.
Oleh karena itu, penulisakan meneliti secara mendalam dan cemerlang metode ini
dalam judul “Optimalisasi Metode BBM (Bermain, Bercerita, Menyanyi) dalam
Meningkatkan Minat Baca Tulis Al-Qur’an di TK/TPA Al-Muraqabah Antasari
Sangatta Utara”.
B. Fokus
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Upaya yang dilakukan guru dalam
meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an di TK/TPA al-Muraqabah Antasari
Sangatta Utara.
2. Faktor yang mempengaruhi minat baca
tulis al-Qur’an di TK/TPA al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara.
3. Kendala guru dalam meningkatkan
minat baca tulis al-Qur’an di TK/TPA al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara.
C. Rumusan
Masalah
Dari
beberapa uraian di atas, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah optimalisasi metode BBM
(bermain, bercerita, menyanyi) dalam meningkatkan baca tulis al-Qur’an di
TK/TPA al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara ?
D. Tujuan
dan Manfaat Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan optimalisasi
metodeBBM (bermain, bercerita, menyanyi) dalam meningkatkan baca tulis
al-Qur’an di TK/TPA al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara.
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan
pemahaman tentang tugas dan kewajiban guru dalam meningkatkan minat baca tulis
al-Qur’an khususnya guru TK/TPA serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
minat baca tulis al-Qur’an anak.
2. Manfaat Praktis
Memberikan
tambahan informasi bagi TK/TPA al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara agar para
guru mengoptimalkan metode mengajar khususnya metode BBM dalam upaya
meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an di TK/TPA tersebut.
E. Kajian
Teori
1.
Pengertian
Optimalisasi Metode BBM
Optimalisasi berasal
dari kata optimal artinya terbaik atau tertinggi.Mengoptimalkan berarti menjadikan
paling baik atau paling tinggi. Sedangkan optimalisasi adalah proses
mengoptimalkan sesuatu, dengan kata lain proses menjadikan sesuatu menjadi
paling baik atau paling tinggi. Jadi, optimalisasi adalah suatu proses
mengoptimalkan sesuatu atau proses menjadikan sesuatu menjadi paling baik.Secara
etimologis, metode berasal dari kata 'met'
dan 'hodes' yang berarti melalui.
Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu tujuan. Sehingga dua hal penting yang terdapat dalam sebuah
metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan.[6]
Jadi,
optimalisasi metode BBM adalah proses mengoptimalkan atau menjalankan cara sebaik dan
semaksimal mungkin metode BBM untuk mencapai tujuan tertentu dalam hal ini
adalah cara meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an. Adapun penjelasan dari ketiga metode di
atas adalah:
a.
Metode Bermain
Bermain
merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak dan bermain
dilakukan anak dengan suka rela tanpa paksaan atau tekanan dari pihak
luar.Kegiatan bermain tersebut tidak mempunyai aturan kecuali yang ditetapkan
oleh pemain itu sendiri.Anak mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan melalui
kegiatan bermain.[7]Kata
bermain mungkin mendengar seperti kurang serius, hanya untuk mengisi waktu
luang saja, walaupun tidak dilakukan oleh anak.Pada hal untuk anak-anak
kegiatan bermain merupakan kegiatan yang sangat mutlak dibutuhkan, sebab dunia
anak adalah dunia bermain.Bagaimana mereka memahami dunia anak adalah melalui
bermain kemampuan dan keterampilan dapat diajarkan kepada mereka.
Anak
yang sehat dan gembira selalu senang bermain.Bermain menjadi sarana untuk
mengembangkan kemampuan inderanya.Selain kegembiraan, kebahagiaan dan
kebebasan, dengan bermain anak mencapai perkembangan, memperoleh pengalaman
berharga seperti berkomunikasi dan bersosialisasi.Bermain dapat dimanfaatkan sebagai
sarana untuk belajar.Banyak pelajaran untuk yang dikemas dalam bentuk
bermain.Bermain dengan teman memberikan anak pengalaman dan bersosialisasi
untuk anak.
Bermain
merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para pendidik, psikolog, ahli filsafat dan banyak
orang sejak periode dekade yang lalu.Meraka lebih tertantang untuk lebih
memahami arti bermain dikaitkan dengan tingkah laku manusia.Bermain benar-benar
merupakan pengertian yang sulit dipahami karena muncul dalam beraneka ragam bentuk.
Bermain bukan bekerja, bermain adalah berpura-pura, bermain bukan suatu yang
sungguh-sungguh, bermain bukan suatu kegiatan yang produktif , dan sebagainya.
Dari uraian di atas, maka terdapat
beberapa ciri kegiatan yang dipandang sebagai aktivitas bermain yaitu:
a) Dilakukan dengan suka rela, anak melakukan kegiatan tanpa
ada unsur paksaan dari manapun.
b) Dilakukan secara spontan. Anak akan spontan melakukan
kegiatan bermain saat anak ingin melakukannya.
c) Berorientasi pada proses, bukan pada hasil yang terpenting
bagi anak adalah bagaimana proses kegiatan barmain, bukan bagaimana hasil
permainan.
d) Menghasilkan kepuasan. Anak yang dapat melakukan kegiatan
bermain, secara otomatis akan mendapatkan kepuasan dari dalam dirinya.[8]
Adapun berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Smith et al, Garvey, Robin. Fein dan Berg mengungkapkan adanya
beberapa ciri-ciri kegiatan bermain, yaitu sebagai berikut:
a)Dilakukan berdasarkan motivasi sendiri,
maksudnya muncul keinginan
pribadi serta untuk keinginan sendiri.
b) Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain
diwarnai oleh emosi yang positif. Kalaupun emosi positif tidak tampil,
setidaknya kegiatan bermain bernilai (value) bagi anak.Kadang-kadang kegiatan
bermain dibarengi oleh perasaan takut, misalnya saat meluncur dari tempat
tinggi, namun anak mengilang kegiatan itu karena ada rasa nikmat yang
diperoleh.
c) Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari
satu aktivitas keaktivitas lain.
d) Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan
hasil akhir.
e) Bebas memilih dan ciri ini merupakan elemen yang sangat
penting bagi konsep bermain pada anak.
f) Mempunyai kualitas pura-pura. Kegiatan bermain mempunyai
kerangka tertentu yang memisahkan dari kehidupan nyata sehari-hari.[9]
Dari keterangan diatas dapat
disimpulkan bahwa bermain adalah segala kegiatan yang dapat menyenangkan hati,
baik menggunakan alat atau pun tidak menggunakan alat.
1. Tujuan Bermain
Tujuan
bermain di TKA dan TPA adalah membantu mengembangkan kepribadiannya, yakni
aspek intelaktual, aspek keterampilan jasmani, aspek emosional dan aspek
sosial. Untuk lebih jelasnya
sebagai berikut:
a) Aspek intelektual: Dengan bermain,
anak akan mampu berfikir efektif, obyektif dan efisien, misalnya ketika mereka
harus menempatkan potongan-potongan gambar secara tepat pada puzzle.
b) Aspek keterampilan, dengan bermain
maka keterampilan anak akan terlatih, misalnya: menyusun, melempar, meloncat,
berlari-lari dan lain sebagainya.
c) Aspek emosional bermain dapat
meningkatkan kualitas emosional anak, baik perasaan kasih sayang, sportifitas,
kesenangan, perasaan gembira dan lain-lain.
d) Aspek sosial dengan bermain, anak-anak
akan lebih mampu menjalin hubungan sosial dengan temannya. Bagaimana ia
menjalin persatuan kekompakan dan lain-lain.
2. Manfaat Bermain
Dengan mengetahui manfaat bermain,
diharapkan bisa muncul gagasan tentang cara memanfaatkan kegiatan bermain untuk
mengembangkan aspek fisik, motorik, sosial, emosi, kepribadian, kognitif,
ketajaman, penginderaan, keterampilan olah raga dan menari.
a)
Manfaat
bermain untuk perkembangan fisik.
Bila
anak mendapatkan kesempatan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan tubuh, akan
membuat tubuh anak menjadi sehat, alat-alat tubuh akan tumbuh dan menjadi kuat.
Selain itu anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan. Salah satu
contoh kegiatan bermain untuk sarana menunjang kekuatan alat tubuh,
perkembangan motorik antara lain melalui meluncur, memanjat, dan meniti.
b)
Manfaat
bermain untuk perkembangan aspek motorik.
Pada
anak usia 3 bulan, ia mulai belajar meraih mainan yang ada ditempat tidurnya
dan untuk meraih mainan tersebut, ia perlu belajar mengkoordinasikan gerakan
mata dan badan. Usia satu tahun misalnya anak senang memainkan pensil untuk
membuat coretan-coretan, secara tidak langsung ia lakukan gerakan halus yang
diperlukan dalam menulis. Aspek motorik kasar juga dapat dikembangkan melalui
kegiatan bermain salah satu contoh, bisa diamati pada anak yang lari
berkejar-kejaran untuk menangkap temannya.
c)
Manfaat
bermain untuk perkembangan aspek sosial.
Dengan
berkembangnya usia, anak perlu belajar berpisah dengan pengasuh atau ibunya, ia
butuh diyakinkan bahwa perpisahan itu hanya berlangsung sesaat saja misalnya
melalui permainan "Ciluk-ba"
dan petak umpet, ia akan memperoleh
pengalaman tersebut. Dengan teman sepermainan yang sebaya usianya anak akan
belajar berbagai hak milik, menggunakan mainan.
d) Manfaat bermain untuk aspek emosi atau
kepribadian bagi anak
Bermain adalah kebutuhan yang sudah ada
dengan sendirinya. Dapat dikatakan tidak ada yang tidak suka bermain, melalui
bermain seorang anak akan melepaskan ketegangan yang dialaminya karena banyak
larangan dalam kehidupan sehari-hari. Dari kegiatan bermain yang dilakukan
bersama sekelompok teman, anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya
tentang kelebihan-kelebihan yang ia miliki sehingga mempunyai percaya diri dan
harga diri karena mereka mempunyai kompetensi tertentu. Anak belajar bagaimana
harus bersikap dan bertingkah laku agar dapat bekerja sama dengan teman,
bersikap jujur, kesatria, murah hati, tulus dan sebagainya.
e)
Manfaat
bermain untuk perkembangan aspek kognitif.
Aspek kognitif dalam tulisan ini
diartikan sebagai pengetahuan yang luas, daya nalar, kreatifitas (daya cipta),
kemampuan berbahasa, serta daya ingat. Pengetahuan akan konsep ini jauh lebih
mudah diperoleh melalui kegiatan bermain. Anak pada masa kanak-kanak mempunyai
rentang perhatian yang terbatas dan masih sulit diatur atau sulit belajar
dengan serius. Tapi bila pengenalan konsep tersebut dilakukan sambil bermain,
maka anak akan senang tanpa ia banyak belajar.
f)
Manfaat
bermain untuk mengasah ketajaman pengindraan menyangkut penglihatan, penciuman,
pengecapan dan perabaan.
Kelima aspek penginderaan ini perlu
diasah agar anak menjadi lebih tanggap atau peka terhadap hal-hal yang
berlangsung dilingkungan sekitarnya. Pada usia pra sekolah anak dapat mengamati
berbagai bentuk ukuran, warna,besaran misalnya melalui alat permainan yang
edukatif atau memainkan benda seperti peralatan rumah tangga yang ada dirumah.[10]
3. Macam-Macam Permainan
Macam-macam permainan dapat ditinjau
dari dua sudut yaitu:
a) Dari sudut pelaksanannya yaitu: Bermain di dalam ruangan,
bermain di luar ruangan
b) Dari sudut sifat kegiatannya
1) Permainan kecerdasan yaitu: Membangun dengan balok-balok,
puzzle gambar orang sholat, puzzle gambar orang wudhu, bendera hijaiyyah,
bendera rukun Islam, kartu-kartu hijayyah, pohon hijayyah dan lain-lain.
2) Permainan spekulatif/rekreatif/hiburan terdiri dari: Sulap,
permainan tali, mencocokkan tugas malaikat/ nomor surat dan nama surat
al-Qur'an, lingkaran rukun Islam, ular tangga muslim.
3) Permainan kombinasi (rekreatif dan kecerdasan) yaitu: Lari
syahadat, bowling malaikat, dan variasi tepuk tangan (tepuk islam, tepuk
malaikat, tepuk tunggal, tepuk ganda).[11]
b. Metode Bercerita
Metode
komunikasi yang mampu mempengaruhi jiwa manusia adalah bercerita, dan Allah
banyak sekali mengisahkan cerita-cerita di dalam al-Qur'an sebagi kumpulan
cerita yang paling baik. Firman Allah swt:
ß`øtwU Èà)tR y7øn=tã z`|¡ômr& ÄÈ|Ás)ø9$# !$yJÎ/ !$uZøym÷rr& y7øs9Î) #x»yd tb#uäöà)ø9$# bÎ)ur |MYà2 `ÏB ¾Ï&Î#ö7s% z`ÏJs9 úüÎ=Ïÿ»tóø9$# ÇÌÈ
"Sesungguhnya kami menceritakan
kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur'an ini kepadamu, dan
sesungguhnya kamu sebelum (Kami wahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang
belum mengetahui (QS. Yusuf: 3).[12]
Cerita adalah sastra berbentuk tulisan
(yang dikonsumsikan melalui bacaan) atau terbentuk lisan (yang dikonsumsikan
melalui audiensi ). Dan bagaimana orang yang buta huruf, cerita cukup
dikonsumsikan melalui sastra berbentuk lisan saja.[13]
Adapun bagi orang yang melihat huruf,
ia bisa menikmati sastra cerita melalui tulisan dan lisan secara bersamaan.
Salah satu cara memenuhi kebutuhan komunikasi pada anak adalah memberikan
cerita-cerita atau dongeng yang menarik. Jiwanya hendaklah dijamah dengan
kelima inderanya yaitu pandangan lahiriyah, rabaan, pendengaran, penciuman dan
perasaannya.Semua itu bisa dipadukan dalam untaian cerita atau kisah yang
berupa kata-kata yang keluar dari mulut.Masa kanak-kanak tidak mudah
mengungkapkan ide-ide, pesan-pesan intelektual, namun anak dapat mudah
mengingat cerita yang bahasanya sederhana. Anakpun mudah menangkap pesan agama
atau moral yang dibawakan oleh sang tokoh yang baik untuk dijadikan idola,
sehingga akan mempengaruhi perilaku , sifat dan cara berfikir anak.
1. Manfaat Cerita
Metode
cerita dalam kegiatan penngajaran anak TK dan TPA mempunyai beberapa manfaat
bagi pencapaian tujuan pendidikan anak-anak.
a) Bagi anak usia TK bila mendengar
cerita yang menarik dapat menggetarkan perasaan anak, oleh karena itu pihak
guru hendaknya dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan
kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan dan sikap-sikap yang
lain dalam kehidupan keluarga, sekolah dan diluar sekolah.
b)
Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar dalam berlatih
mendengarkan dapat mengembangkan kognitif, afektif, psikomotorik masing-masing
anak.[14]
Disaat perkembangan audio-visual semakin maju dan buku
cerita impor semakin banyak, kegiatan mendongeng bukan tak diperlukan
lagi.Anggapan bahwa mendongeng berguna untuk kehidupan anak menuju kedewasannya
dan bisa mendekatkan anak dengan orang tuanya.Pengembangan budaya membaca harus
dimulai dari cerita anak-anak.Selain memupuk minat baca, cerita
anak-anak juga menanamkan nilai-nilai luhur yang ada dalam sistem budaya, serta
memberikan kearifan hidup bagi pembacanya.
c. Metode Menyanyi
1. Pengertian Menyanyi
Bernyanyi atau
mendengarkan suara musik adalah bagian dari kebutuhan alami individu. Melalui
menyanyi dan musik, kemampuan aspirasi anak akan berkembang dan melalui
nyanyian anak dapat mengekspresikan segala pikiran dan isi hatinya. Menyanyi
merupakan bagian dari ungkapan emosi. Bernyanyi dapat dilakukan dengan berbagai
bentuk seperti:
a) Bernyanyi pasif artinya anak hanya
mendengarkan suaru nyanyian atau musik dan menikmati tanpa terlibat langsung
dalam kegiatan menyanyi.
b) Bernyanyi aktif artinya melakukan
langsung kegiatan menyanyi, baik dilakukan sendiri atau mengikuti atau
bersama-sama.[15]
Bernyanyi dan senandung
merupakan salah satu ungkapan perasaan.Pada dasarnya anak senang menyanyi,
bergerak, dan berdendang.Menyanyikan lagu, puisi, sajak sangat mudah dan sangat
dikenal anak-anak, anak-anak sering mengulanginya karena kata-katanya pendek,
jelas berirama dan berbait.Melalui lagu pesan atau misi disampaikan dengan
suasana gembira serta dapat menanamkan sifat-sifat Allah, keagungan Allah dan
ciptaan Allah dengan tema yang dekat dengan anak.
2. Manfaat
Menyanyi
Menyanyi
dalam kegiatan pengajaran anak mempunyai beberapa manfaat terutama bagi
pencapaian tujuan pendidikan. Adapun manfaat bernyanyi bagi anak, antara lain:
a)
Memberikan suasana tenang, sehingga suasana hati yang negatif dapat beralih dan
berkembang menjadi positif melalui nyanyian atau alunan musik.
b)Mengasah
emosi. Melalui nyanyian seseorang terbawa emosinya, bahkan bisa terbawa isi
lagu.
c)
Membantu manguatkan daya ingat. Melalui nyanyian yang menarik, anak lebih mudah
mengingat atau menghafal sesuatu.
d)
Mengasah kemampuan apresiasi, imaginasi dan kreasi.
2. Pengertian Minat Baca Tulis
Al-Qur’an
Minat
merupakan keinginan untuk melakukan sesuatu, adapun istilah membaca memiliki
arti “melafalkan sesuatu kalimat”.[17]Kemampuan
membaca al-Qur’an menurut Masj’ud Syafi’i, diartikansebagai kemampuan dalam
melafalkan al-Qur’an dan membaguskanhuruf/kalimat-kalimat Qur’an satu persatu
dengan terang, teratur, perlahandan tidak terburu-buru bercampur aduk, sesuai
dengan hukum tajwid.[18]
Berdasarkan
pengertian tersebut, maka minat membaca dan menulis al-Qur’an oleh penulis
dapat diartikan sebagai kecakapan,keahlian melafalkan, dan menulisal-Qur’an dan
membaguskan huruf/kalimat-kalimatQur’an satu persatu dengan terang, teratur,
perlahan dan tidak terburu-burubercampur aduk, sesuai dengan hukum tajwid.
F. Kajian
Penelitian yang Relevan
Penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan
penelitian ini telah dilakukan oleh:
-
Pertama, Sunardi mahasiswa IDIA Prenduan
Fakultas Tarbiyah tahun 2010 dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Mubasyirah
terhadap Peningkatan Baca Tulis Al-Qur’an Siswa-siswi Kelas IV MI Islamiyah
Prenduan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep Tahun Pelajaran 2008-2009”.Penelitian ini
mempunyai kerelevanan dengan penelitian penulis yaitu sama-sama ingin
meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an melalui metode interaksi langsung
dengan siswa, perbedaannya adalah penelitian ini meneliti metode Mubasyirah
(memberi kabar gembira dalam arti bercerita) sedangkan penulis meneliti metode
yang kompleks yaitu BBM (bermain, bercerita, dan menyanyi).
-
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh
Muhamad Khafidzmahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus,
JurusanTarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam. Dalam penelitiannya
yangberjudul “Peningkatan Minat
Membaca Al-Qur’an Siswa MIMiftahussalam Wonosalam Demak dengan Menggunakan
Pembelajaran Active Learning”,ia mengemukakan tentang teori-teori
membaca al-Qur’an dan teori-teoriactive learning yang dijadikan sebagai
metode pendidikan Islam disekolah.Menurut Muhamad Khafidz, minat membaca al-Qur’an
siswadapat ditingkatkan secara dinamis melalui penggunaan pembelajaran activelearning
yang diterapkan kepada siswa.
G. Metode
Penelitian
1.
Jenis
dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Sesuai dengan sifat
dan karakter permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini, maka
penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif
yaitu penelitian yang berupaya mengangkat, menuturkan, dan menafsirkan data
dari fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang
ketika penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya.[19]
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan dimulai
bulan Mei-Juni 2013, bertempat di TK/TPA al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara.
3. Data dan Sumber Data
Dalam penentuan data ini terdapat 2 (dua) jenis data yang
terkumpul oleh penulis antara lain:
a. Data
Primer,adalah data yang
diperoleh secara langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran/alat pengambilan data langsung kepada subyek sebagai sumber
informasi yang dicari.[20]
Sumber data primer ini diperoleh dari guru, dan murid di TK/TPA al-Muraqabah
Antasari Sangatta Utara yang meliputi:
1) Aspek-aspek optimalisasi metode BBM oleh guru antara
lain:
a. Mengajak murid untuk bermain edukatif
b. Menyelingi pelajaran dengan bercerita edukatif
c. Mengakhiri pelajaran dengan menyanyi edukatif
2) Aspek-aspek minat murid antara lain:
a. Keinginan melakukan sesuatu tanpa paksaan (ikhlas)
b. Bersungguh-sungguh
c. Rajin
b. Data
Sekunder, adalah data yang
diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, biasanya diambil melalui
dokumen atau melalui orang lain.[21]
Sumber data sekunder ini akan diperoleh di bagian Tata Usaha (TU) TK/TPA
al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode
dalam pengumpulan data, yaitu:
a. Interview/Wawancara
Metode interview
yaitu metode pengumpul data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan
secara sistematis yang berlandaskan tujuan penelitian.[22]
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan penelitian untuk
mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui komunikasi langsung dengan
subyek penelitian, baik dalam situasi sebenarnya ataupun dalam situasi buatan
yang berguna untuk melengkapi metode observasi lapangan.[23]
Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan interview yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.[24]
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dari
guru-guru dan murid TK/TPA tentang optimalisasi metode BBM dalam meningkatkan
minat baca tulis al-Qur’an, faktor-faktor yang dapat meningkatkan minat baca
tulis al-Qur’an, dan kendala guru dalam mengoptimalisasikan metode tersebut
kepada murid-murid di TK/TPA al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara.
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah studi yang sengaja dan sistematis
tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan
pencatatan.[25]
Dalam hal ini yang diobservasi adalah mengenai langkah-langkah yang telah
dilakukan guru dalam meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an di TK/TPA
al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
yang berupa catatan, buku, transkip, surat kabar, ledger, agenda, dan sebagainya.[26]
Metode dokumentasi diperlukan sebagai metode pendukung untuk mendapatkan data,
karena dalam metode dokumentasi ini dapat diperoleh data-data historis dan
dokumen lain yang relevan dengan penelitian ini.[27]
Adapun metode ini digunakan penulis untuk memperoleh
data-data tentang dokumentasi seperti: data history TK/TPA, agenda kerja
guru-guru, dan struktur organisasi TK/TPA al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara.
5. Metode Analisis Data
Metode analisis data di sini ialah menganalisa terhadap
data yang tersusun, data yang telah penulis peroleh dari penelitian dengan
menggunakan metode analisa deskriptif
kualitatif. Deskriptif adalah menuturkan dan menafsirkan data yang ada.[28]
Sedangkan kualitatif adalah yang
digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dan dipisah-pisahkan menurut kategori
untuk memperoleh kesimpulan.[29]
Dengan demikian deskriptif kualitatif adalah penelitian
yang dimaksudkan untuk menuturkan dan menafsirkan data yang ada dan digambarkan
dengan kalimat yang akhirnya data disimpulkan, penelitian akan berisi laporan
data. Data tersebut berasal dari observasi, interview/wawancara,
dan dokumentasi selanjutnya data dikelompokkan sesuai dengan bidangnya tersebut
kemudian dipertemukan teori selanjutnya akan dibenarkan dengan penelitian dan
akhirnya ditarik suatu kesimpulan.
Proses analisis data dimulai dari mengumpulkan data yang
diperoleh dari berbagai sumber. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan tiga
langkah, yaitu: reduksi data; penyajian data; dan penarikan kesimpulan.[30]
Reduksi
data meliputi proses
pemilahan, penyederhanaan, dan pengkategorian data yang dimaksud untuk
memudahkan pengorganisasian data dan keperluan analisis data serta penarikan
kesimpulan. Adapun prosesnya dapat dilakukan dari pengumpulan data, kemudian
dilakukan reduksi data untuk memilih dan memilah data yang sesuai dan bermakna.
Dalam proses reduksi data, peneliti melakukan seleksi, memilih data yang
relevan dan bermakna, memfokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan
masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang
telah difokuskan, kemudian menyederhanakan, menyusun secara sistematis dengan
menonjolkan hal-hal yang dipandang penting dari hasil penelitian. Reduksi data
ini dilanjutkan secara lebih intensif dengan melakukan pemilahan data,
pengkodean data, dan pengkategorian. Pengklasifikasian data merupakan kegiatan
mengelompokkan data berdasarkan ciri-ciri klasifikasi data yang ada.
Penyajian
data merupakan
pemaparan data yang tersusun secara sistematis yang memperlihatkan keeratan kaitan
alur data, sekaligus menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi, sehingga dapat
membantu memudahkan peneliti menarik kesimpulan yang sebenarnya. Secara umum
penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan ke dalam bentuk teks naratif.
Penarikan
kesimpulan yang dilakukan
sejak tahap pengumpulan data dengan cara mencatat dan memaknai fenomena yang
menunjukkan keteraturan, kondisi yang berulang-ulang, serta pola yang dominan
dan paling berpengaruh. Kesimpulan dalam tahap ini mula-mula tampak belum jelas
dan menyeluruh, bersifat sementara, kemudian berlanjut pada tingkatan
menyeluruh dan jelas. Kesimpulan penelitian akhirnya semakin menjadi tingkatan
tegas, dan menyeluruh setelah makna yang muncul tersebut teruji kebenaran dan
keabsahannya melalui pemeriksaan kembali buku-buku kepustakaan, catatan
lapangan, konsultasi dengan pembimbing, ahli, maupun teman sejawat.[31]
H. Sistematika
Penulisan
Tujuan sistematika penulisan skripsi ini adalah untuk
lebih memudahkan memahami dan mempelajari isi penelitian. Adapun sistematika
penulisan skripsi ini akan penulis rinci sebagai berikut:
Bagian pertama berisi halaman judul, abstrak, persetujuan
pembimbing, pernyataan, persembahan, kata pengantar, daftar isi, pedoman
transliterasi, daftar singkatan, daftar tabel, dan daftar gambar/bagan.
Bagian kedua terdiri dari lima bab:
BAB
I PENDAHULUAN, meliputi: Latar
Belakang Masalah, Fokus Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB
II LANDASAN TEORI, meliputi: Pengertian
Optimalisasi Metode BBM, berisi Metode Bermain, Metode Bercerita, dan Metode
Menyanyi. Serta Pengertian Minat Baca Tulis Al-qur’an.
BAB
III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN,
berisi: Profil TK/TPA al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara, Visi Misi TK/TPA
al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara, Struktur Organisasi TK/TPA al-Muraqabah
Antasari Sangatta Utara, Data guru dan murid TK/TPA al-Muraqabah Antasari
Sangatta Utara.
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN,
berisi: Optimalisasi Metode BBM, Minat Baca Tulis Al-qur’an, Optimalisasi
Metode BBM dalam Meningatkan Minat Baca Tulis Al-qur’an di TK/TPA Al-muraqabah
Antasari Sangatta Utara.
BAB
V PENUTUP, berisi: Kesimpulan, dan
Saran-saran.
Dibagian
akhir penelitian, penulis sertakan daftar pustaka, lampiran-lampiran, data
kuantitatif dan sebagainya. Selain itu penulis juga sertakan biografi penulis
sebagai pelengkap.
PEDOMAN
WAWANCARA
Tempat
Pengamatan : TK/TPA Al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara
Hari/Tgl
Pengamatan : Senin, 17 Mei 2013
Nama
Subyek : Guru dan Murid
1.
Bagaimana optimalisasi metode BBM oleh guru TK/TPA
al-Muraqabah di Antasari Sangatta Utara ?
2.
Bagaimana minat baca tulis al-Qur’an murid TK/TPA
al-Muraqabah di Antasari Sangatta Utara ?
3.
Apa saja
kegiatan-kegiatan yang diadakan guru untuk meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an murid
TK/TPA al-Muraqabah di Antasari Sangatta Utara?
4.
Bagaimana cara guru mengoptimalisasi metode BBM dalam meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an di TK/TPA al-Muraqabah
Antasari Sangatta Utara?
5.
Bagaimana
hubungan guru dengan murid di TK/TPA al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara dalam meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an ?
6.
Apa peran
kepala TK/TPA dalam meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an ?
7.
Apakah
kendala-kendala yang di hadapi guru dalam meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an di TK/TPA al-Muraqabah Antasari
Sangatta Utara ?
8.
Apakah ada
peran orang tua dalam meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an di TK/TPA al-Muraqabah Antasari
Sangatta Utara ?
9.
Kapan minat baca tulis al-Qur’an anak mulai terjadi ?
10.
Mengapa
pengoptimalan metode BBM di TK/TPA al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara penting
?
11.
Siapa yang berperan
penting dalam meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an di TK/TPA al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara ?
12.
Apa konsekwensi
jika penerapan
metode BBM dalam pengajaran tidak optimal ?
13.
Seberapa jauh
peran guru dalam mengoptimalkan metode BBM di TK/TPA al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara ?
14.
Bagaimana
cara guru meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an di TK/TPA al-Muraqabah Antasari
Sangatta Utara ?
15.
Kapan guru TK/TPA
mengadakan kegiatan yang dapat meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an ?
16.
Dimanakah guru TK/TPA
mengadakan kegiatan untuk meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an ?
17.
Siapakah yang
membantu guru dalam meningkatkan minat baca tulis al-Qur’an di TK/TPA al-Muraqabah Antasari
Sangatta Utara ?
18.
Mengapa peningkatan minat baca tulis al-Qur’an kepada
murid penting di lakukan?
LEMBAR
OBSERVASI/PENGAMATAN
OPTIMALISASI METODE BBM OLEH GURU
1.
Kelas :
Iqro’ 3-4
2.
Tempat Pengamatan : TK/TPA
Al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara
3.
Hari/Tgl Pengamatan : Senin, 17 Mei 2013
4.
Nama subyek :
Guru
5.
Petunjuk Pengisian :
6.
Berikan nilai untuk masing-masing butir
pengamatan dengan memberikan tanda contreng (√) pada kolom skala penelitian.
No
|
Butir Pengamatan
|
Skala Penilaian
|
||
B
|
C
|
K
|
||
1
|
Memberi
salam kepada murid ketika
membuka pelajaran
|
|
|
|
2
|
Menanyakan kabar murid dengan variatif
|
|
|
|
3
|
Meluangkan waktu untuk bermain edukatif
|
|
|
|
4
|
Meluangkan
waktu untuk bercerita edukatif
|
|
|
|
5
|
Menyelingi
dengan mengajak murid menyanyi edukatif
|
|
|
|
6
|
Menggunakan
alat peraga dalam bermain edukatif
|
|
|
|
7
|
Menggunakan
alat peraga dalam bercerita edukatif
|
|
|
|
8
|
Mengadakan
eduwisata di sekitar TK/TPA
|
|
|
|
9
|
Mengadakan
eduwisata di luar TK/TPA
|
|
|
|
10
|
Memaksimalkan
waktu dengan tepat waktu
|
|
|
|
11
|
Menutup pelajaran dengan salam
|
|
|
|
12
|
Menutup
pelajaran dengan menyanyi doa selesai baca al-Qur’an
|
|
|
|
13
|
Mengajak
murid membaca Shalawat dengan nyanyian
|
|
|
|
Keterangan:
Skala
Penilaian
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
LEMBAR
OBSERVASI/PENGAMATAN
MINAT BACA TULIS AL-QUR’AN MURID
1.
Kelas :
Iqro’ 3-4
2.
Tempat Pengamatan : TK/TPA
Al-Muraqabah Antasari Sangatta Utara
3.
Hari/Tgl Pengamatan : Senin, 17 Mei 2013
4.
Nama subyek :
Murid
5.
Petunjuk Pengisian :
6.
Berikan nilai untuk masing-masing butir
pengamatan dengan memberikan tanda contreng (√) pada kolom skala penelitian.
No
|
Butir Pengamatan
|
Skala Penilaian
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
Datang tepat waktu
|
|
|
|
|
|
2
|
Menjawab
salam guru
|
|
|
|
|
|
3
|
Melaksanakan
yang diperintahkan guru
|
|
|
|
|
|
4
|
Belajar
dengan sungguh-sungguh
|
|
|
|
|
|
5
|
Tidak pernah
absen
|
|
|
|
|
|
6
|
Aktif ketika
bermain edukatif
|
|
|
|
|
|
7
|
Aktif ketika
bercerita edukatif
|
|
|
|
|
|
8
|
Aktif ketika
menyanyi edukatif
|
|
|
|
|
|
9
|
Lancar
menulis al-Qur’an
|
|
|
|
|
|
10
|
Lancar
membaca al-Qur’an
|
|
|
|
|
|
11
|
Rajin
membaca al-Qur’an di rumah
|
|
|
|
|
|
12
|
Rajin
menulis al-Qur’an di rumah
|
|
|
|
|
|
13
|
Bersemangat
dan ikhlas menulis dan membaca al-Qur’an
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
Skala
Penilaian
5 =
SL = Selalu
4 =
SR = Sering
3 =
KD = Kadang-Kadang
2 =
JR= Jarang
1 =
TP = Tidak Pernah
JADWAL
KEGIATAN SELAMA PENELITIAN
BULAN
MEI
2013
No
|
Kegiatan
|
Minggu
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Melihat obyek penelitian
|
|
|
|
|
2.
|
Mengantarkan surat perizinan untuk
penelitian
|
|
|
|
|
3.
|
Mengunjungi
obyek penelitian sekaligus berkenalan dengan pihak TK/TPA
|
|
|
|
|
4.
|
Menggali
informasi dari pihak TK/TPA
|
|
|
|
|
5.
|
Melakukan
wawancara dengan pihak TK/TPA
|
|
|
|
|
6.
|
Perkenalan
dengan para murid-muridnya
|
|
|
|
|
7.
|
Melakukan
pendekatan kepada para murid-muridnya
|
|
|
|
|
8.
|
Mendata
murid-muridnya
|
|
|
|
|
9.
|
Mengamati
tingkah laku murid-muridnya
|
|
|
|
|
BULAN
JUNI
2013
No
|
Kegiatan
|
Minggu
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Menggali informasi dari murid-muridnya
|
|
|
|
|
2.
|
Mewawancarai
gurunya
|
|
|
|
|
3.
|
Mengamati
gurunya
|
|
|
|
|
4.
|
Mengamati kegiatan yang diadakan oleh gurunya
|
|
|
|
|
5.
|
Mengucapkan
terima kasih kepada pihak TK/TPA
|
|
|
|
|
DAFTAR
PUSTAKA
Arif, M. Saikhul,“Pengembangan
Kemampuan Fisik Motorik Anak Usia Dini”, dalam http://www.scribd.com/doc/94377202/25/Perkembangan-kognitif-anak, diunduh
tanggal 2 Oktober 2013.
Arikunto,
Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Solo: Rineka Cipta,
1996.
Departemen Agama RI, Al-Kafi Mushaf Al-Qur’an,Bandung:Diponegoro,
2008.
Hadi, Sutrisno,Metodologi
Research , Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1993.
Indahf,
“Pengertian dan Definisi Metode Menurut
Para Ahli”, dalam http://carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info497.html, diunduh
tanggal 19 Oktober 2013.
LPPTKA BKPRMI, Panduan
Kurikulum dan Pengajaran TK/TP Al-Qur’an, Jakarta: LPPTKA BKPRMI, 2010.
Majid, Abdul Aziz Abdul,Mendidik Anak Lewat Cerita Dilengkapi 30
Kisah,
Jakarta:Mustaqiim, 2002.
Mesapati, Adrie,Cerdas dengan Bermain, Bandung: Nuansa
Aulia, 2008, cet. 1.
Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2003.
Poerwadinata,WJS.,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2002.
Prasetyono, Sunar Dwi,Membedah Psikologi Bermain Anak,
Jogjakarta:Think, 2007.
Rahman, Hibana S.,Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,
Yogyakarta:PGTKI Press, 2002.
R., Moeslichatoen,
Metode Pengajaran Ditaman Kanak-Kanak, Jakarta:Rineka Cipta, 1999.
Sjafi’i, A. Mas’ud,Pelajaran Tajwid, Bandung: Putra Jaya,
2001.
Sugiono, Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Bandung: Alfa
Beta, 2007.
Surahmat, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Teknik,
Bandung: Tersito, 1982.
________,Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung:
Tarsito, 2003.
Suryabrata, Sumadi,
Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 1992.
Tedjisaputra, Mykes,Bermain, Mainan dan Perminan untuk Usia
Dini,
Jakarta:Grasindo, 2001.
UU. RI. NO. 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS),(Bandung:Citra Umbara).
Widodo, Erna, dan Mukhtar, Konstruksi Kearah Penelitian Deskriptif,Yogyakarta: Avyrouz, 2000,
cet. 1.
BIODATA
PENULIS
Penulis
bernama Nurhalifah, dilahirkan pada tanggal 18 September 1991 di Tappale
propinsi Sulawesi Selatan. Penulis adalah anak ke-6 dari 7 bersaudara pasangan
Bapak Bicu dan Ibu Lia.
Pendidikan
dasar diselesaikan pada tahun 2002 di SD/INP 12/79 Tappale, kabupaten Bone
propinsi Sulawesi Selatan, pendidikan lanjutan Menengah Pertama diselesaikan
pada tahun 2005 di MTsN 1 Libureng kabupaten Bone dan pendidikan lanjutan
Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2008 di MA DDI Alliritengae kabupaten
Maros.
Penulis
diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta, Kutai Timur pada tahun 2011. Penulis selain sebagai ibu rumah tangga juga aktif
mengajar di salah satu TK/TPA di Sangatta Utara dan ikut serta dalam
kepengurusan salah satu organisasi ekstra kampus di Sangatta.
[2].LPPTKA BKPRMI, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TK/TP
Al-Qur’an, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI, 2010), hlm. 10.
[3].Adrie Mesapati, Cerdas dengan Bermain, (Bandung: Nuansa
Aulia, 2008), cet. 1, hlm.5-6.
[4].Departemen Agama RI, Al-Kafi Mushaf Al-Qur’an,(Bandung:Diponegoro,
2008),hlm.173.
[5].M. Saikhul Arif, “Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik Anak
Usia Dini”, dalam http://www.scribd.com/doc/94377202/25/Perkembangan-kognitif-anak, diunduh tanggal 2 Oktober 2013,
hlm. 5.
[6].Indahf, “Pengertian dan Definisi Metode Menurut Para Ahli”, dalam http://carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info497.html,diunduh tanggal 19 Oktober 2013,
hlm. 1.
[7].Hibana S. Rahman, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini,
(Yogyakarta:PGTKI Press, 2002), hlm. 85-86.
[8].Ibid.
[9].Mykes
Tedjisaputra, Bermain,
Mainan dan Perminan untuk Usia Dini, (Jakarta:Grasindo, 2001), hlm.16-17.
[11].Ibid.
[12].Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 235.
[13].Abdul Aziz
Abdul Majid, Mendidik
Anak Lewat Cerita Dilengkapi 30 Kisah, (Jakarta:Mustaqiim, 2002), hlm.
19-20.
[14].Moeslichatoen
R, Metode Pengajaran Ditaman Kanak-Kanak, (Jakarta:Rineka Cipta, 1999),
hlm.168-170.
[15].Hibana
S. Rahman, Op. Cit., hlm. 92-93.
[16].Ibid.,hlm. 94.
[17].WJS.
Poerwadinata, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), hlm.797.
[18].A. Mas’ud Sjafi’i, Pelajaran
Tajwid, (Bandung: Putra Jaya, 2001), hlm. 3
[19].Sugiono,
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, (Bandung: Alfa Beta, 2007), hlm. 8.
[20].Sumadi
Suryabrata, Metodologi Penelitian,
(Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm. 91.
[21].Erna
Widodo dan Mukhtar, Konstruksi Kearah
Penelitian Deskriptif, (Yogyakarta: Avyrouz, 2000), cet. 1, hlm. 117.
[22].Sutrisno
Hadi, Metodologi Research ,
(Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1993), hlm. 136.
[23].Winarno
Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah,
(Bandung: Tarsito, 2003), hlm. 162.
[24].Lexy
J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), hlm. 117.
[25].Sutrisno
Hadi, Loc. Cit.
[26].Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, (Solo: Rineka Cipta, 1996), hlm. 234.
[27].Winarno
Surachmad, Op. Cit., hlm. 135.
[28].Suharsimi
Arikunto, Loc. Cit.
[29].Winarno
Surahmat, Pengantar Penelitian Ilmiah
Dasar Teknik, (Bandung: Tersito, 1982), hlm. 109.
[30].Sumadi
Suryabrata, Op. Cit., hlm. 94.
[31].Ibid., hlm. 243.
0 Response to "OPTIMALISASI METODE BBM (BERMAIN, BERCERITA, MENYANYI) DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA TULIS AL-QUR’AN DI TK/TPA AL-MURAQABAH ANTASARI SANGATTA UTARA"
Post a Comment