Resume Etika Pembelajaran

A.  Pengertian Etika
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia       dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan        mana yang benar dan mana yang        buruk. Perkataan etika atau lazim juga  disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai nilai,kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku     manusia yang baik seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :

1.    Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalaMm berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2.    Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
3.    Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.

B.  Jenis-Jenis Etika
1.    Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
2.    Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

C.  Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar  pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan. Penguasaan dan kemahiran tabiat. Serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. 

D.  Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam pandangan kontruktivisme, belajar merupakan suatu proses mengkontruksi pengetahuan melalui katerlibatan fisik dan mental secara siswa secara aktif. Belajar juga merupakan suatu proses mengasimilasikan dan menghubungkan bahan yang dipelajari dengan pengalaman-pengalaman yang dimiliki seseorang sehingga pengetahuannya tentang objek tertentu menjadi lebih kokoh. 

E.  Implementasi Keterpaduan dalam Pembelajaran  
Pandangan yang dikemukakan sebelumnya memberikan inspirasi tentang pentingnya pemahaman guru terhadap perkembangan dan eksistensi siswa, pemilihan bahan pembelajaran penentuan strategi pembelajaran dalam upaya mewujudkan proses pembelajaran yang optimal.[1]
1.    Pemahaman Peserta Didik
Pemahaman peserta didik merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikn dan pembelajaran. Jika guru memahami peserta didik denganbaik, maka ia dapat memilih dan menentukan sumber-sumber belajar yang tepat, pendekatan-pendelkatan yang sesuai, mampu mengatasi masalah-masalah pembelajaran sehari-hari dengan baik, sehingga potensi anak dapat di dorong untuk mencapai perkembangan yang optimal melalui penyelenggaraan proses pembelajaran. [2]
Pemahaman potensi peserta didik merupakan kerangka dasar bagi pemahaman peserta didik secara keseluruhan. Kekeliruan pandangan terhadap eksistensi mereka seringkali menimbulkan dampak yang serius bagi anak.
2.    Mengaktualisasikan Potensi Siswa
Upaya-upaya pengembangan peserta didik agar mampu mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya merupakan tanggung jawab seluruh guru. Dalam praktik pelaksanaan pendidikan di sekolah masih sering kali terdapat persepsi yang keliru yang memisahkan tanggung jawab guru dalam batas-batas pengembangan potensi tertentu dari peserta didik.  Padahal sesungguhnya pertumbuhan dan perkembangan murid merupakan tujuan yang ingin di capai oleh semua sekolah dan guru, dan itu berarti sangat keliru jika guru hanya bertanggung jawab menyampaikan meteri pelajaran pada bidang studi nya saja.[3] Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari dimensi tersebut peranan guru sulit digantikan oleh yang lain. Karenanya dalam proses pembelajaran di kelas guru tidak cukup hanya berbekal pengetahuan berkenaan dengan bidang studi yang di ajarkan, akan tetapi perlu memperhatikan aspek-aspek pendidikan lainnya yang memiliki kedudukan sama pentingnya untuk mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan.
3.    Pemilihan Bahan Pembelajaran
Untuk terwujudnya iklim dan proses pembelajaran yang kondusif perlu didukung oleh berbagai faktor, baik berkenaan dengan kemampuan guru, misalnya didalam memilih bahan ajar, sarana, dan fasilitas pendukung serta yang tidak kalah pentingnya kesiapan dan motivasi siswa untuk belajar dan mencapai hasil belajar yang optimal.
Dalam pemilihan bahan ajar ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya,materi pembelajaran harus relevan atau ada kaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya, keajegan. Jika kompotensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Prinsip kecukupan artinya, materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang waktu atau tenaga sementara halite diluar kemampuan anak. Metode pembelajaran yang baik harus didukung pula oleh berbagai faktor penunjang seperti perhatian serta dukungan orangtua, keadaan lingkungan serta kesehatan yang baik dan gizi anak yang cukup.

F.   Prinsip-prinsip Belajar dalam Pembelajaran
Beberapa prinsip yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.    Perhatian dan Motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan dua akitivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Untuk menunbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya  meningkatkan jika anak memiliki yang kuat untuk belajar. [4]
Dalam kaitan belajar, peran guru sangat penting didalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Menyadari bahwa motivasi terkait erat dengan kebutuhan, maka tugas guru adala meyakinkan para siswa agar tujuan belajar yang ingi diwujudkan adalah menjadi suatu kebutuhan bagi setiap siswa. Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal.Guru hendaknya menyampaikan kepada siswa bahwa hasil belajar yang baik adalah suatu kebutuhan guna mencapai sukses yang dicita-citakan.   
2.    Keaktifan
Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan yang penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam proses pembelajaran. [5]Demekian pula berarti harus dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar di tandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif.
3.    Pengulangan
Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar pengulangan ini adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat, mengamati, menghapal, menanggapi dan sebagainya. Melalui latihan-latihan maka daya-daya tersebut semakin berkembang. Sebaliknya semakin kurang pemberian latihan, maka daya-daya tersebut semakin lambat perkembangannya.
       Disamping teori psikologi daya, prinsip pengulangan ini juga didasari oleh teori Psikologi Asosiasi yang di pelopori oleh Thorndike dengan salah satu hukum belajarnya, yang mengemukakan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons.[6] Pandangan psikologi condisioning juga memberikan dasar yang kokoh bagi pentingnya proses latihan. Psikologi ini berpandangan bahwa munculnya respon, tidak saja disebabkan adanya stimulus , akan tetapi lebih banyak disebabkan karena adanya stimulus yang dikondisikan. Banyak prilaku individu yang dapat dikondisikan. Dalam konteks ini dikondisikan dapat diartikan dengan dibiasakan. Belajar adalah merupakan salah satu bentuk upaya untuk mengkondisikan atau membiasakan suatu prilaku. Sebagai contoh, anak-anak kelassatu sekolah dasar diharuskan untuk berbaris setiap kali bel atau lonceng berbunyi, sehingga pada kesempatan lain meskipun tidak di suruh berbaris, setiap kali mendengar bunyi bel masuk mereka selalu berbaris. Setiap akan memulai pelajaran, guru mengharuskan anak-anak berdo’a, sehingga lama-kelamaan, walaupun tanpa di suruh guru, anak-anak akan memulai pelajaran setelah terlebih dahulu berdo’a.

G. Model Pembelajaran
Model-model pembelajaran dikembangkan utamanya beranjak dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik kepribadian, kebiasaan-kebiasaan, modalitas belajar yang bervariasi antara individu satu dengan yang lain, maka model pembelajaran guru juga harus selayaknya tidak terpaku hanya pada model tertentu, akan tetapi harus bervariasi.[7] Di samping di dasari pertimbangan keragaman siswa, pengembangan berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung. Itulah sebabnya maka di dalam menentukan model-model pembelajaran yang akan dikembangkan, gurunharus memiliki pemahaman yang baik tentang siswa-siswanya, keragaman kemampuan, motivasi, minat, karakteristik pribadi lainnya. Sebelum mengkaji lebih dalam tentang model-model pembelajaran, ada baiknya kita pahami kerangka pikir Gagne yang menegaskan lima kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga memerlukan berbagai model dan strategi pembelajaran untuk mencapainya, yaitu:
1.    Keterampilan intelektual, yakni sejumlah pengetahuan mulai dari kemampuan baca, tulis, hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan ini sangat tergantung pada kapasitas intelektual, kecerdasan sosial seseorang dan kesempatan belajar yang tersedia.
2.    Strategi kognitif, yaitu kemampuan mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.
3.     Informasi verbal, yakni pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.
4.    Keterampilan motorik, yakni kemampuan dalam bentuk keterampilan menggunakan sesuatu, keterampilan gerak.
5.    Sikap dan nilai, yakni hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, intensitas emosional. 

[1] Aunurrahman, Belajar  dan Pembelajaran, Alfabeta: Bandung, 2009. Hlm. 74.
[2] Ibid.         
[3] Gorden, Menjadi Guru Yang Efektif, PT Gramedia: Jakarta, 1997. Hlm.78.
[4] Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta,2009, hlm. 114.    
[5] Ibid, hlm.119.
[6]Ibid, hlm.123.
[7]Ibid,hlm.141

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Resume Etika Pembelajaran"

Post a Comment

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Artikel

Iklan Artikel Bawah