Resume Tentang Asal-Usul Ilmu Kalam
Asal-
Usul Sebutan Ilmu Kalam
Ilmu
ini di namakan Ilmu Kalam karena:
1. Persoalan
terpenting yang menjadi pembicaraan abad-abad permulaan hijrah ialah ”Firman
Tuhan” (Kalam Allah) dan non-azalinya Qur’an (Khalq Al-Qur’an.
2. Dasar
Ilmu Kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil-dalil ini nampak jelas
dalam pembicaraan-pembicaraan Mutakallimin. Mereka jarang-jarang kembali kepada
dalil naql (Quran dan Hadits), kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok
persoalan lebih dahulu
3. Karena
cara pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika dalam fisafat,
maka pembuktian dalam soal-soal agama ini di namai Ilmu Kalam untuk membedakan
dengan logika dalam fisafat
4. Ilmu
Kalam juga dinamakan Ilmu Tauhid, tauhid ialah percaya kepada Tuhan
Yang Maha Esa, tidak ada sekutu baginya. Ilmu Kalam dinamakan Ilmu Tauhid,
karena tujuannya ialah menetapkan keesaan Allah dalam Zat dan perbuatan-Nya
dalam menjadikan alam semesta dan hanya Allah yang menjadi tempat tujuan
terakhir alam ini.
Ilmu Kalam juga dinamakan Ilmu
Aqaid atau Ilmu Ushuludin, karena persoalan kepercayaan yang
menjadi pokok ajaran agama itulah yang menjadi pokok pembicaraannya.[4]
Ilmu kalam menyerupai Ilmu Theologi, terdiri
dari dua kata yaitu ”Theo” artinya ”Tuhan” dan ”Logos” artinya ”Ilmu”
jadi theologi bermakna ilmu tentang ketuhanan.
Sejarah Munculnya Ilmu Kalam
Faktor-faktor yang mempengaruhi lahirnya Ilmu Kalam,
diantaranya ada dua macam yaitu:
a. Faktor-Faktor
Dari Dalam
1) Al-qur’an
sendiri disamping ajakannya kepada tauhid dan memercayai kenabian dan hal-hal
yang berhubungan dengan itu, menyinggung pula golongan-golongan dan agama-agama
yang ada pada masa Nabi Muhammad saw., yang mempunyai kepercayaan-kepercayaan
yang tidak benar. Qur’an tidak membenarkan kepercayaan mereka dan membantah
alasan-alasannya, antara lain:
Golongan yang
mengingkari agama dan adanya tuhan dan mereka mengatakan bahwa yang menyebabkan
kebinasaan dan kerusakan hanyalah waktu saja (Q.S. Al-Jatsiyah (45): 24)
Dan mereka
berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati
dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka
sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah
menduga-duga saja.”
2) Golongan
-golongan syirik (Q.S. Al-Maidah (5): 116)
“Dan
(ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu
mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain
Allah?”. Isa menjawab: “Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa
yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan Maka tentulah
Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang
ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang
ghaib-ghaib”.”
3) Golongan-golongan
kafir (Q.S. Al-Isra’ (17): 94)
“Dan tidak ada
sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk
kepadanya, kecuali Perkataan mereka: “Adakah Allah mengutus seorang manusia
menjadi rasuI?””
“Kemudian setelah kamu berduka cita, Allah
menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari
pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri,
mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah.
mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam
urusan ini?”. Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”.
mereka Menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan
kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur
tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di
sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang
telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka
terbunuh”. dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu
dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha mengetahui isi
hati.”
Tuhan membantah alasan-alasan mereka dan
memerintahkan Nabi Muhammad untuk tetap menjalankan dakwahnya dengan cara yang
halus, Firman Allah Q.S. An-Nahl (16): 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.”
2) Adanya nas-nas yang
kelihatannya saling bertentangan, sehingga datang orang- orang yang
mengumpulkan ayat tersebut dan memfilsafatinya. Contohnya; adanya ayat-ayat
yang menunjukkan adanya paksaan (jabr), (Q.S. Al-Baqarah(2): 6,
Al-Muddsir(74):17
Soal-soal politik, contoh soal khilafat (pimpinan
pemerintahan negara). Pergantian pemimpin umat sesudah meninggalnya
Rasulullah. Awalnya persoalan politik tidak mengusik persoalan agama, tapi
setelah peristiwa terbunuhnya khalifah Usman, kaum muslimin terpecah menjadi
beberapa partai, yang masing-masing merasa sebagai pihak yang benar dan hanya
calon dari padanya yang berhak menduduki pimpinan negara. Kemudian
partai-partai itu menjadi partai agama dan mengemukakan dalil-dalil Agama untuk
membela pendiriannya. Dan selanjutnya perselisihan
antara mereka menjadi perselisihan agama, dan berkisar pada persoalan
iman dan kafir.
Peristiwa terbunuhnya Usman menjadi titik yang jelas
dari permulaan berlarut-larutnya perselisihan bahkan peperangan antara kaum
muslimin. Sebab sejak saat itu, timbullah orang yang menilai dan menganalisa
pembunuhan tersebut di samping menilai perbuatan Usman r.a., sewaktu
hidupnya.menurut segolongan kecil, Usman r.a., salah bahkan kafir dan
pembunuhnya berada di pihak yang benar, karena perbuatannya yang dianggap salah
selama memegang khilafat. Sebaliknya pihak lain mengatakan bahwa pembunuhan
atas Usman r.a. adalah kejahatan besar dan pembunuh-pembunuhnya adalah
orang-orang kafir, karena Usman adalah khalifah yang sah dan salah seorang
prajurit Islam yang setia. Penilaian yang saling bertentangan kemudian menjadi
fitnah dan peperangan yang terjadi sewaktu Ali r.a memegang pemerintahan.
Dari sinilah mulai timbulnya persoalan besar yang
selama ini banyak memenuhi buku-buku ke-Islaman, yaitu melakukan kejahatan
besar, yang mula-mula dihubungkan dengan kejadian khusus, yaitu pembunuhan
terhadap Usman r.a, kemudian berangsur-angsur manjadi persoalan yang umum,
lepas dari siapa orangnya. Kemudian timbul soal-soal lainnya, seperti soal Iman
dan hakikatnya, bertambah atau berkurangnya, soal Imamah dan lain-lain
persoalan.
Kemudian soal dosa tersebut, dilanjutkan lagi, yaitu
sumber kejahatan atau sumber perbuatan dilingkungan manusia. Karena dengan adanya
penentuan sumber ini mudah diberikan vonis kepada pelakunya itu. Kalau manusia
itu sendiri sumbernya, maka soalnya sudah jelas, akan tetapi kalau sumber
sebenarnya Tuhan sendiri. Dan manusia itu sebagai pelakunya (alat), maka
pemberian keputusan bahwa manusia itu berdosa atau kafir masih belum jelas.
Timbullah golongan Jabbariyah yang mengatakan bahwa semua perbuatan itu dari
Tuhan dan golongan Qodariyah yang mengatakan bahwa manusialah yang bertanggung
jawab sepenuhnya atas segala perbuatannya. Kemudian timbul pula
golongan-golongan lain, seperti Mu’tazilah, Asy’ariyah, yang membicarakan
persoalan tersebut (perbuatan manusia).
b. Faktor-faktor
lain yang datangnya dari luar
1) Banyak
di antara pemeluk-pemeluk Islam yang mula-mula beragama Yahudi, Masehi,
dan lain-lain, bahkan diantara mereka ada yang pernah menjadi ulamanya. Setelah
mereka tenang dari tekanan kaum muslimin mulailah mereka mengkaji lagi
aqidah-aqidah agama mereka dan mengembangkan ke dalam Islam
2) Golongan
Islam yang dulu, terutama golongan Mu’tazilah, memusatkan perhatiannya untuk
penyiaran Islam dan membantah alasan mereka yang memusuhi Islam, dengan cara
mengetahui dengan sebaik-baiknya aqidah-aqidah mereka
3) Sebagai
kelanjutan dari sebab tersebut, Mutakallimin hendak mengimbangi lawan-lawannya
yang menggunakan filsafat, maka mereka terpaksa mempelajari logika dan filsafat
Ilmu Kalam disebut
sebagai ilmu yang berdiri sendiri yaitu pada masa Daulah Bani Abbasiyah di
bawah pimpinan khalifah al-Makmun, yang dipelopori oleh dua orang tokoh Islam
yaitu Abu Hasan al-Asy’ari dan al-Maturidi
0 Response to "Resume Tentang Asal-Usul Ilmu Kalam"
Post a Comment