Makalah Tujuan Intruksional
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Tujuan
merupakan sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha selesai.
Karena instruksi atau pengajaran merupakan suatu usaha dan kegiatan yang
berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan
bertingkat. Tujuan dari pendidikan bukanlah suatu benda yang
berbentuk dan statis. Tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian
seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Kalau kita
melihat kembali pengertian instruksi atau pengajaran, akan terlihat dengan jelas
sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pengajaran secara
keseluruhan, yaitu ”sesuatu yang harus dicapai oleh siswa setelah mereka
diberikan pengajaran oleh guru.
Tujuan ini
kelihatannya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai. Namun apabila kita
melakukannya dengan kerja keras dan berencana dengan kerangka-kerangka kerja
yang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah sesuatu hal yang
mustahil. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan dalam makalah ini tentang “Desain Tujuan Intruksional”.
Dan untuk mengetahui implementasi pencapaian
tujuan intruksional, tim pemakalah tertarik untuk melakukan observasi di SD
Negeri 001 Sangatta Utara yang memiliki visi “Terwujudnya Insan Taqwa, Cerdas, Kompetitif
dan Berbudaya Lingkungan”.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian
dan manfaat tujuan intruksional?
2.
Apa saja
klasifikasi dari tujuan intruksional menurut Bloom?
3.
Bagaimana
format penulisan dalam merumuskan tujuan intruksional?
4.
Bagaimana
penerapan tujuan intruksional di SD Negeri 001 Sangatta Utara?
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
PENGERTIAN
TUJUAN INTRUKSIONAL
Istilah
intruksional, seringkali diterjemahkan ke dalam kata pengajaran. Tetapi
sebenarnya, intruksional lebih luas daripada pengajaran, karena mencakup pada
semua hal yang mungkin mempunyai pengaruh langsung kepada proses belajar
manusia, bukan hanya terbatas pada hal-hal yang dilakukan guru, tetapi juga
sumber-sumber belajar lain yang dipakai untuk belajar mandiri oleh anak. Pada
dasarnya tujuan intruksional adalah membantu orang untuk belajar.[1]
Beberapa definisi tujuan intruksional yang telah dikemukakan
oleh beberapa tokoh, antara lain sebagai berikut:[2]
1.
Robert
F. Magner (1962),
tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang
dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi;
2.
Eduard
L. Dejnozka dan
David E. Kavel (1981), tujuan instruksional adalah suatu pernyataan
spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam
bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan;
3.
Fred
Percival dan
Henry Ellington (1984),tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang
jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari
proses belajar.
Dalam
proses belajar mengajar tujuan instruksional dapat di bagi menjadi 2 yaitu
tujuan instruksional umum (TIU) yang menggariskan hasil- hasil di aneka bidang studi yang harus dicapai siswa dan
tujuan instruksional khusus (TIK) yang merupakan penjabaran dari tujuan
instruksional umum yang menyangkut suatu pokok bahasan sebagai tujuan
pengajaran yang konkrit dan spesifik. Menurut Grounlund dalam Harjanto
(2008) tujuan instruksional umum (TIU) adalah hasil belajar yang
diharapkan yang dinyatakan secara umum dan berpedoman pada perubahan tingkah
laku dalam kelas. Tujuan instruksional umum (TIU) merupakan serangkaian hasil
belajar yang bersifat khusus.sedangkan tujuan instruksional khusus (TIK) adalah
hasil belajar yang dinyatakan dalam istilah perubahan tingkah laku khusus.
Tingkah laku khusus adalah kata kerja yang dapat diamati dan diukur.[3]
B.
MANFAAT MENDESAIN
TUJUAN INTRUKSIONAL
Beberapa
manfaat dari tujuan interaksional, antara lain sebagai berikut:[4]
1.
Menentukan
tujuan (objective) proses belajar mengajar;
2.
Menentukan
persyaratan awal instruksional;
3.
Marancang
strategi instruksional;
4.
Memilih
media pembelajaran;
5.
Menyusun
instrumen tes pada proses evaluasi;
6.
Melakukan
tindakan perbaikan atau improvement pembelajaran;
7.
Guru
mempunyai arahan untuk memilih bahan pembelajaran dan memilih prosedur(metode)
mengajar;
8.
Setiap
guru mempunyai batas-batas tugas dan wewenangnya dalam mengajarkan suatu bahan;
9.
Guru
mempunyai patokan dalam menilai kemajuan belajar siswa;
10. Guru mempunyai kriteria untuk
mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pembelajarannya.
C.
KLASIFIKASI
TUJUAN INTRUKSIONAL
Adapun
taksonomi atau klasifikasi tujuan intruksional menurut Bloom adalah sebagai
berikut:[5]
1.
Ranah kognitif
(cognitive domain)
a.
Pengetahuan (knowledge),
mencakup ingatan yang pernah
dipelajari dan disimpan dalam ingatan;
b.
Pemahaman (comprehension),
mencakup kemampuan untuk menangkap
makna dan arti dari bahan yang dipelajari;
c.
Penerapan (application),
mencakup kemampuan menerapkan suatu
kaidah atau metode yang baru;
d.
Analisis (analysis),
mencakup kemampuan untuk merinci
suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian;
e.
Sintesis (synthesis),
mencakup kemampuan membentuk suatu
kesatuan;
f.
Evaluasi (evaluation),
mencakup kemampuan untuk membentuk
suatu pendapat.
2.
Ranah afektif (affective
domain)
a.
Penerimaan
(receiving), mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan
kesediaan untuk memperhatikan;
b.
Partisipasi
(responding), mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif;
c.
Penilaian/penentuan
sikap (valuing), mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap
sesuatu;
d.
Organisasi
(organization), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai;
e.
Pembentukan
pola hidup (characterization by a value or value complex), mencakup
kemampuan untuk menghayati nilai nilai kehidupan.
3.
Ranah
psikomotorik (psychomotoric domain)
a.
Persepsi
(perception), mencakup kemampuan untuk membedakan ciri ciri fisik;
b.
Kesiapan
(set), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai
gerakan;
c.
Gerakan
terbimbing (guided response), mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu
rangkaian gerak gerik;
d.
Gerakan
yang terbiasa (mechanical response), mencakup kemampuan untuk melakukan
sesuatu rangkaian gerak gerik dengan lancar;
e.
Gerakan
kompleks (complex response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu
keterampilandengan lancar, efisien dan tepat;
f.
Penyesuaian
pola gerakan (adjustment), mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan
dan menyesuaikan Pola gerak gerik yang mahir;
g.
Kreativitas
(creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak gerik
yang baru.
D.
FORMAT DALAM
MENULIS TUJUAN INTRUKSIONAL
Sehubungan
dengan teknis penulisan, maka dalam menulis tujuan intruksional sebaiknya
dinyatakan dengan jelas, artinya tanpa diberi penjelasan tambahan apapun,
pembaca (guru atau siswa) sudah dapat menangkap maksudnya.[6]
Menurut Knirk dan Gustafson dalam Hernawan
(2005) dalam merumuskan tujuan instruksional sebaiknya dinyatakan dalam bentuk
ABCD format, artinya:[7]
1.
Audience = A, Yaitu siswa yang belajar untuk
mencapai tujuan. Artinya tujuan yang dirancang untuk siswa bukan guru. Oleh
sebab itu komponen siswa harus selalu ada pada setiap perumusan TIK. Contohnya:
siswa kelas 1, siswa kelas 6 dan sebagainya.
2.
Behavior = B, Yaitu kemampuan yang
diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Komponen ini terdiri
atas kata kerja yang menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan
materi yang dipelajari siswa. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam bentuk kata
kerja operasional seperti menjelaskan, memberi, contoh, menyusun, membuat,
merakit,menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya: membuat larutan
oralit, menunjukkan letak ibukota propinsi dan sebagainya.
3.
Condition = C, Yaitu keadaan yang
dipersyaratkan ketika siswa diminta menunjukkan atau mendemonstrasikan perilaku
atau kemampuan yang diharapkan. Contohnya: “diberikan sejumlah data,
siswa dapat….”(ini berarti bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan
kemampuan tersebut kita harus menyediakan data) atau “dengan
menggunakan rumus ABC, siswa dapat….” (ini berarti siswa dianggap sudah
menguasai kemampuan tersebut apabila siswa melakukannya dengan menggunakan
rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus ABC berarti siswa belum menguasai
tujuan tersebut).
4.
Degree = D, Yaitu tingkat ukuran yag
dicapai untuk menentukan keberhasilan atau penguasaan siswa terhadap tingkah
laku khusus yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas
minimal dari penampilan suatu perilaku yang dapat dianggap diterima. Contohnya:
“siswa dapat menjelaskan lima karakteristik pemimpin yang demokratis”
(siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu menjelaskan dua
atau tiga karakteristik ersebut) atau “siswa dapat menjelaskan dua alas
an penting transmigrasi” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut bila
siswa hanya mampu menjelaskan satu alasan saja).
BAB
III
PAPARAN
DATA
A.
LOKASI
Observasi
yang kami lakukan bertempat di SD Negeri 001 Sangatta Utara Kabupaten Kutai
Timur.
B.
VISI DAN MISI
1.
Visi
Terwujudnya insan taqwa, cerdas, kpmpetitif dan berbudaya
lingkungan.
2.
Misi
a.
Mengamalkan
imtaq (iman dan taqwa) dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi);
b.
Meningkatkan
disiplin, tanggung jawab, jujur dan memiliki rasa kemanusiaan;
c.
Menyelenggarakan
pendidikan yang kreatif dan inovatif
sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi;
d.
Menyediakan
sarana dan prasarana yang lengkap dan tepat guna;
e.
Menciptakan
budaya lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
C.
HASIL WAWANCARA
Untuk
mengetahui tentang desain(rumusan) tujuan intruksional di SD Negeri 001
Sangatta Utara, tim pemakalah melakukan wawancara langsung terhadap Ibu
Mince(wali kelas III sekaligus sebagai waka kurikulum SD Negeri 001 Sangatta
Utara).
Adapun
hasil wawancaranya adalah sebagai berikut:
1.
Dalam mendesain
tujuan intruksional ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik. Untuk mencapai ke-tiga aspek tersebut, apa yang ibu
berikan kepada siswa/atau bagaimana penerapannya di kelas dalam proses
pembelajaran? Bagaimana hasil pencapaiannya dalam ranah/aspek kognitif?
Bagaimana hasil pencapaiannya dalam ranah/aspek afektif? Dan bagaimana hasil
pencapaiannya dalam ranah/aspek psikomotorik?
Jawab:
Pertama-tama sebelum memasuki kelas, guru harus memiliki cara
bagaimana menguasai kelas, bagaimana karakter serta pemahaman siswa terhadap
mata pelajaran yang akan disampaikan. Dalam hal pencapaian dari tujuan
intruksional, anak didik kami arahkan ke karakter/dalam proses pembelajaran
diutamakan pada pendekatan karakter anak didik dengan pendidikan akhlak
(imtak), dan memotivasi mereka untuk menjadi anak-anak yang mandiri, serta
dalam mendidik anak tidak pandang bulu (tidak boleh pilih kasih).
2.
Bagaimana
penulisan tujuan intruksional, misalnya pada mata pelajaran PAI, PKN atau
Matematika?
Jawab:
Dalam penulisannya ada beberapa hal yang harus kita perhatikan,
contoh dalam mata pelajaran PKN, kita tidak bisa menggunakan semua bahasa yang ada
pada mata pelajaran tersebut kepada siswa, karena pasti sulit untuk dipahami
oleh siswa, terutama untuk anak kelas III, jadi bahasanya harus divariasikan
(menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh mereka).Begitu juga dalam mata
pelajaran lainnya.
D.
DOKUMENTASI
Hasil
foto/dokumentasi kegiatan observasi di SD Negeri 001 Sangatta Utara sebagaimana
terlampir.
BAB
IV
PEMBAHASAN/ANALISA
Dari
hasil observasi atau wawancara, tim pemakalah menyimpulkan bahwa dalam mendesain
tujuan intruksional di SD Negeri 001 Sangatta Utara, sudah sesuai dengan teori
walaupun penerapannya belum maksimal.
Adapun mengenai
penerapan atau hasil dari desain tujuan intruksional yang dikeluhkan oleh tim
pengajar atau yang menjadi faktor penghambat adalah pergantian kurikulum,
walaupun sebenarnya kurikulum 2013 bertujuan untuk melengkapi kurikulum
sebelumnya, tapi tetap saja butuh proses untuk menyesuaikannya.Terutama pada kesiapan dan kematangan
penguasaan kurikulum 2013 oleh para tenaga pendidik atau bagi sebagian
orang-orang yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan, sehingga hasil yang
didapat juga belum seratus persen
seperti apa yang diharapkan, sebagaimana yang terrjadi di SD Negeri 001 Sangat
Utara.
Dalam
setiap tujuan intruksional terutama yang khusus hendak dicapai menuntut prasyaratan kemampuan internal yang
harus dimiliki yang berupa salah satu dari lima hasil belajar (informasi
verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan sikap
dan motorik).
Unsur pemahaman menunjukkan pada konsep / dasar dan unsur
pengetahuan menunjukkan pada informasi verbal.Kedua unsur kiranya mutlak
diperlukan karena tanpa pemahaman dan pengetahuan yang memadai sulit memperoleh
sikap yang mantap. Hasil penyelidikan terhadap tujuan instruksional baik dalam
aspek jenis perilaku maupun dalam aspek isi yang menemukan komponen konsep,
informasi verbal dan subsikap nantinya akan sangat berguna dalam perencanaan
dan pengelolaan proses belajar mengajar yang membawa siswa ke hasil yang dituju.
Jadi
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penerapan tujuan intruksional,
seorang pendidik harus mengetahui atau memahami bagaimana posisi dari tujuan
intruksional dalam proses pembelajaran terutama terhadap kurikulum 2013, agar
rumusan yang dibuat sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu peningkatan kompetensi tenaga
pendidik harus terus dilakukan dan dikembangkan dengan berbagai pelatihan,
seminar-seminar dan lain-lain.
BAB
V
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada
dasarnya tujuan intruksional adalah membantu orang atau memberikan kemudahan
pada orang untuk belajar. Tujuan
instruksional dapat di bagi menjadi 2 yaitu tujuan instruksional umum (TIU)
yang menggariskan hasil hasil di aneka bidang studi yang harus dicapai siswa
dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang merupakan penjabaran dari tujuan
instruksional umum yang menyangkut suatu pokok bahasan sebagai tujuan
pengajaran yang konkrit dan spesifik.
Ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari perumusan
tujuan intruksional, diantaranya guru mempunyai arahan untuk memilih bahan
pembelajaran dan memilih prosedur (metode) mengajar, guru mempunyai batas-batas
tugas dan wewenangnya dalam mengajarkan suatu bahan, guru
mempunyai patokan dalam menilai kemajuan belajar siswa, dan lain sebagainya.
Taksonomi
atau klasifikasi tujuan intruksional menurut Bloom, yaitu pengetahuan
(kognitif), apresiasi (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Dan dalam
penulisan tujuan intruksional digunakan format ABCD (Audience, Behavior,
Condition, dan Degree).
Dalam
menerapkan desain tujuan intruksional di SD Negeri 001 Sangatta Utara, sudah sesuai
dengan teori walaupun penerapannya belum maksimal dan masih perlu peningkatan terhadap tenaga
pendidik yang ada.
Mahmud, Muchammad Eka.,Teknologi Pendidikan Konsep Dasar dan
Aplikasi, Samarinda: ISNU Kaltim Press, 2013.
[1] Muchammad Eka
Mahmud, “Teknologi Pendidikan Konsep Dasar dan Aplikasi”, (Samarinda:
ISNU Kaltim Press, 2013), Cet. 1, hlm. 23.
diunduh tanggal 27 Agustus 2014, hlm. 1.
[5]Muchammad Eka
Mahmud, “Teknologi Pendidikan Konsep...”, hlm. 26-29.
[7]Dinayla
Faradisa, “Perencanaan Tujuan-Tujuan…”, hlm. 8-9.
0 Response to "Makalah Tujuan Intruksional"
Post a Comment