Makalah Tentang Jual Beli
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jual
beli Adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak lain
dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya. Menurut etimologi, jual beli
adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Kata lain dari jual beli
adalah al-ba’i, asy-syira’, al-mubadah, dan at-tijarah.
Landasan
atau dasar hukum mengenai jual beli ini disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an,
Hadist Nabi, dan Ijma’. Hukum jual beli pada dasarnya dibolehkan oleh ajaran
islam. Kebolehan ini didasarkan kepada firman Allah yang terjemahannya sebagai
berikut :
“….
Janganlah kamu memakan harta diantara kamu dengan jalan batal melainkan dengan
jalan jual beli, suka sama suka….” (Q.S. An-Nisa’ : 29).
Rukun
dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus
dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara’ (hukum islam).
Rukun
Jual Beli:
Dua
pihak membuat akad penjual dan pembeli
Objek
akad (barang dan harga)
Ijab
qabul (perjanjian/persetujuan)
Barang-
barang yang terlarang diperjual belikan adalah : barang yan g haram dimakan,
khamar, buah-buahan yang belum dapat dimakan,air, barang-barang yang samar dan
barang- barang yang dapat dijadikan sarana ma’shiyat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Jual Beli
Jual
beli Adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak lain
dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya.
Menurut
etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Kata
lain dari jual beli adalah al-ba’i, asy-syira’, al-mubadah, dan at-tijarah.
Menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya,
antara lain :
1. Menurut
ulama Hanafiyah : Jual beli adalah ”pertukaran harta (benda) dengan
hartaberdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).”
2. Menurut
Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ : Jual beli adalah “ pertukaran harta dengan harta
untuk kepemilikan.”
3. Menurut
Ibnu Qudamah dalam kitab Al-mugni : Jual beli adalah “ pertukaran harta dengan
harta, untuk saling menjadikan milik.” Pengertian lainnya jual beli ialah
persetujuan saling mengikat antara penjual ( yakni pihak yang
menyerahkan/menjual barang) danpembeli (sebagai pihak yang membayar/membeli
barang yang dijual).Pada masa Rasullallah SAW harga barang itu dibayar dengan
mata uangyang terbuat dari emas (dinar) dan mata uang yang terbuat dari
perak(dirham).
B. landasan
atau Dasar Hukum Jual Beli
Landasan
atau dasar hukum mengenai jual beli ini disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an,
Hadist Nabi, dan Ijma’ Yakni :
1. Al
Qur’an
Yang mana Allah SWT
berfirman dalam surat An-Nisa : 29
“Hai orang-orang yang
beriman janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu” (QS.
An-Nisa : 29).
“Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah : 275).
2. Sunnah
Nabi, yang mengatakan:”
Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencarian yang paling baik. Beliau
menjawab, ’Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang
mabrur.” (HR. Bajjar, Hakim yang menyahihkannya dari Rifa’ah Ibn Rafi’). Maksud
mabrur dalam hadist adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan
merugikan orang lain.
3. Ijma’
Ulama telah sepakat
bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu
mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan
atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan
barang lainnya yang sesuai. Mengacu kepada ayat-ayat Al Qur’an dan hadist,
hukum jual beli adalah mubah (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual
beli itubisa berubah menjadi sunnah, wajib, haram, dan makruh.
Berikut ini adalah
contoh bagaimana hukum jual beli bisa berubah menjadi sunnah, wajib, haram,
atau makruh. Jual beli hukumnya sunnah,misalnya dalam jual beli barang yang
hukum menggunakan barangyang diperjual-belikan itu sunnah seperti minyak wangi.
Jual beli hukumnya wajib, misalnya jika ada suatu ketika para pedagang menimbun
beras, sehingga stok beras sedikit dan mengakibatkan harganya pun melambung
tinggi. Maka pemerintah boleh memaksa para pedagang beras untuk menjual beras
yang ditimbunnya dengan harga sebelum terjadi pelonjakan harga.
Menurut Islam, para
pedagang beras tersebut wajib menjual beras yang ditimbun sesuai dengan
ketentuan pemerintah. Jual beli hukumnya haram, misalnya jual beli yang tidak
memenuhi rukun dan syarat yang diperbolehkan dalam islam, juga mengandung unsur
penipuan. Jual beli hukumnya makruh, apabila barang yang dijual-belikan
ituhukumnya makruh seperti rokok.
C. Rukun
dan Syarat Jual Beli
Jual beli
mempunyai rukun dan syarat yang harus
dipenuhi, sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara’. Dalam
menetapkan rukun jual beli para ulama’ berbeda pendapat. Dan menurut Imam
Syafi’i adalah :
1. Penjual
2. Pembeli
3. Ijāb
dan Qabul (kalimat yang menyatakan adanya transaksi jual beli)
4. Benda
atau barang yang diperjual belikaN
D. Syarat
Barang yang dijual belikan.
1. Suci,
maka tidak sah menjual barang najis (atau barang yang haram sesuai ketentuan
fiqih)
2. Bermanfaat.
Dapat dimanfaatkan secara syara’.
3. Dapat
diserahkan.
4. Barang
milik sendiri atau menjadi wakil orang lain.
5. Jelas
dan diketahui oleh kedua orang yang melakukan akad, baik zat, ukuran maupun
sifatnya.
0 Response to "Makalah Tentang Jual Beli"
Post a Comment